Ali bin abi thalib disebutkan dalam shirah adalah salah satu sahabat yang sangat menjaga wudhu-nya dan konon beliau pun seumur hidupnya tidak pernah melihat (maaf) kemaluannya. beliau sangat hati-hati dalam hal-hal yang bisa membatalkan wudhu. Ali bin abi thalib pun terkenal sebagai seorang sahabat yang terkenal dengan keluasan ilmu-nya (keluasan ilmu ali bin abi thalib ini pula yang membuat kaum syiah beranggapan bahwa ali bin abi thalib adalah nabi penerus rasullah).
Dari ali bin abi thalib-lah saya meniru sebuah kebiasaan yang menurut saya besar walaupun mungkin sebagian orang menganggap-nya hal yang biasa saja, yaitu kebiasaan menjaga wudhu (senantiasa suci dari hadats kecil maupun besar) serta berhati-hati dalam segala hal yang bisa membatalkan wudhu. apalagi bila ditambah sebuah hadits yang berkaitan dengan fadhilah wudhu
“Dari Abu Hurairah ra. berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya pada hari kiamat nanti umatku akan dipanggil dalam keadaan putih cemerlang dari bekas wudhu. Dan barangsiapa yang mampu untuk memperlebar putihnya maka kerjakanlah hal itu. (Riwayat Bukhari dan Muslim)”
Tapi selain ingin mengikuti kebiasaan salah seorang sahabat nabi serta mendapatkan dari fadhilah wudhu, hal lain kenapa saya berusaha untuk menjaga wudhu adalah untuk persiapan.
“Persiapan???”…
“Persiapan???”…
Ya, persiapan ketika utusan allah datang menghampiri saya dan mengantar saya ke fase setelah kehidupan yaitu fase kematian. utusan allah bernama malaikat maut.
Harus kita sadari bahwa kematian adalah hal gaib dan misterius. tidak ada satupun manusia yang bisa menebak & mengetahui kapan waktu kematiaannya (saya sangat sangsi dengan mereka yang katanya bisa meramalkan kematian seseorang, karena bagi saya ramalan mereka hanyalah sebuah omong kosong yang berasal dari bisikan setan) hanya Allah-lah yang mengetahui kematian seluruh manusia & mahluk hidup disemesta ini. Karena saya menyadari bahwa kematian bisa datang kapan saja maka saya mencoba menjaga wudhu sehingga ketika malaikat maut menghampiri maka setidaknya saya dalam kondisi suci. kondisi suci ketika ruh dicabut. kondisi suci ketika diantar menuju tuhan semesta alam. dalam wajah putih bercahaya karena bekas wudhu ketika menghadap Allah.
Menurut Jalaludin rahmat dalam buku psikologi kematian, disebutkan bahwa kematian adalah sesuatu yang sangat ditakuti oleh seluruh manusia karena kematian menjadi pemutus segala kenikmatan yang saat ini dinikmati-nya. saya pribadi kurang setuju dengan pendapat jalaludin rahmat dalam buku-nya tersebut, karena sejatinya harusnya kematian adalah kenikmatan bukan ketakutan. kematian adalah kenikmatan karena melalui proses kematian-lah seorang manusia bisa bertemu dengan tuhan-nya serta mendapatkan kenikmatan yang melebihi kenikmatan yang dirasakannya didunia ini.
Malaikat maut bisa menghampiri manusia kapan saja. tidak melihat waktu. tidak melihat tempat. tidak melihat keadaan. tidak melihat usia. semua orang setiap detik-nya bisa dihampiri Malaikat maut.
Maka Tidak ada salah rasanya ketika kita sebagai seorang muslim menjaga wudhu / kesucian kita, bukan hanya ketika akan menghadap Allah saja tetapi sepanjang waktu kita seharusnya berusaha menjaga wudhu kita. Karena dengan menjaga wudhu maka setidaknya kita dalam keadaan suci dari hadats kecil serta membuat kita kapan saja bisa beribadah kepada Allah tanpa terhalang hadats. Mungkin Pada awalnya terasa berat menjaga wudhu tapi yakinlah lama-kelamaan ada kenikmatan ketika kita menjaga wudhu dan akan terbersit rasa tidak nyaman ketika kita tidak dalam keadaan suci. Dan ingatlah pula bahwa malaikat maut akan menghampiri kita kapan saja, maka setidaknya wudhu ini membuat kita suci ketika ruh dicabut dari wadah-nya yang bernama jasad.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar