Translate

Kisah Mengharukan Memenuhi Panggilan Adzan

Tujuan utama adzan adalah memanggil manusia untuk segera ke masjid untuk melaksanakan sholat (berjama’ah). Hal ini dipahami secara mendalam oleh para Ulama salaf sehingga mereka memiliki beberapa potret indah. Semoga kita bisa mengambil pelajaran darinya.
1. Ibrohim bin Maimun Ash-Shoigh adalah seorang tukang kayu, apabila dia mengangkat palu (hendak memukulkannya ke kayu) kemudian ternyata mendengar adzan, maka beliau tidak memukulkannya dan langsung segera menuju sholat. {Tahdzib Tahdzib, 1/173.}
2. Amir bin Abdullah pernah mendengarkan adzan padahal beliau sedang sakit parah, lalu beliau berkata, “Papahlah aku menuju masjid.” Dikatakan kepadanya, “Engkau sedang sakit.” Dia menjawab, “Saya mendengar panggilan Allah, apakah saya tidak memenuhinya?” Akhirnya, mereka mengantarkannya degan dipapah, diapun sholat maghrib bersama imam, setelah mendapatkan satu roka’at dia meninggal dunia. {Siyar A’lam An-Nubala, 5/220 oleh Adz-Dzahabi.}
3. Robi’ bin Khutsaim pernah terkena penyakit lumpuh/stroke, maka dia dipapah untuk sholat. Dikatakan padanya, “Engkau telah mendapatkan keringanan, dia menjawab, “Saya tahu hal itu tetapi saya mendengar seruan (Hayya ‘alal falaah) “mari menuju kemenangan/kebahagiaan!!” .” {Az-Zuhud oleh Imam Ahmad, hal. 408.}
Dikutip dari Buku “Fiqih Adzan & Iqomat”, Al-Ustadz Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawi hafizhohullaah, Darul Ilmi Publishing.

Kisah Thariq bin ziyad

THARIQ BIN ZIYAD merupakan bekas budak yang memiliki peran penting dalam perang penaklukan yang dilakukan oleh pasukan Muslimin. Dia adalah bekas budak Musa bin Nushair. Karena Musa bin Nushair sudah begitu percaya kepada Thariq, maka dia mendapatkan kepercayaan sebagai pemimpin pasukan.
Kedua orang ini berhasil memperluas pengaruh Dinasti Umayyah dan menyebarkan Islam hingga ke Tanger (Maroko) sehingga penduduknya banyak yang memeluk Islam. Mereka terus menaklukkan negeri Maroko dan baru berhenti ketika mereka terbentur benteng Sabtah (Ceuta).
Saat itu, Spanyol berada pada masa akhir kerajaan Visigoth yang sedang mengalami kemerosotan. Hal ini disebabkan kewajiban pajak yang sangat memberatkan rakyat dan hanya dikumpulkan untuk memperkaya orang-orang kaya, juga karena para agamawan menjadi semakin memiliki pengaruh dalam kekuasaan negara, serta wabah penyakit yang menewaskan banyak orang.
Saat itu, Spanyol dipimpin oleh seorang raja bernama Witiza (orang Arab menyebutnya Ghaithasyah). Setelah itu dia digantikan oleh anaknya, Achila. Selanjutnya Achila dikudeta oleh panglimanya sendiri, Roderick.
Akan tetapi Julian, gubernur Ceuta memendam permusuhan terhadap Raja Roderick, karena Roderick telah menodai putri Julian. Akhirnya Julian menemui Musa bin Nushair untuk meminta bantuannya dalam menyerang Spanyol. Julian melukiskan lemahnya kekuatan kerajaan Spanyol dan dia berjanji akan membantu pasukan Muslimin saat menyerang Spanyol. Gubenur Musa bin Nushair menyampaikan hal tersebut kepada Khalifah Al-Walid yang masih ragu dengan rencana tersebut. Akhirnya, Khalifah Al Walid memerintahkan Musa agar terlebih dahulu mempelajari kekuatan Spanyol.
andalusia-2
Tak lama kemudian, Musa bin Nushair mengirimkan Tharif bin Malik dengan kekuatan 500 pasukan, mereka menyerang perbatasan Spanyol dengan bantuan Julian. Mereka kembali dengan membawa harta rampasan yang banyak setelah mereka yakin dengan hilangnya sarana pertahanan di Spanyol.
Pada bulan Sya’ban tahun 92 H, Thariq bin Ziyad bersama 7.000 pasukan Muslimin menyeberang laut menuju ke Spanyol dengan empat armada kapal yang disiapkan oleh Julian. Thariq dan pasukannya sampai di Jazirah Al-Khadhra’ (Algeciras), kemudian mereka singgah di daerah yang disebut Buhairah, Spanyol bagian selatan. Thariq dan pasukannya mulai menaklukkan benteng dan beberapa kota. Hal ini segera direspons oleh Raja Roderick dengan menyiapkan pasukan sejumlah 70.000 orang.
Thariq bin Ziyad kemudian mengutus seorang utusan untuk meminta bantuan pasukan kepada Musa bin Nushair. Musa bin Nushair segera mengirimkan tambahan 5.000 pasukan sehingga jumlah pasukan Thariq menjadi 12.000 orang. Akan tetapi, ketakutan mulai tampak di wajah pasukan Muslimin ketika mengetahui bahwa pasukan Raja Roderick kian mendekat. Melihat kondisi itu, justru semangat Thariq semakin kuat dan bertambah, lalu dia menyampaikan sebuah pidato yang terus dikenang oleh sejarah. Pidato tersebut begitu mengobarkan semangat jihad, juga perintah agar pasukannya menekuni kesabaran. Dia berkata:
Wahai sekalian manusia, ke mana jalan pulang? Laut berada di belakang kalian, musuh di hadapan kalian. Sungguh keberadaan kalian di semenanjung ini lebih sempit daripada keberadaan anak yatim di tengah-tengah perjamuan orang-orang jahat. Sungguh kalian tidak memiliki apa-apa kecuali keikhlasan dan kesabaran. Musuh-musuh kalian sudah siaga, di depan dengan persenjataan mereka. Kekuatan mereka, besar sekali, sementara, kalian tidak memiliki bekal lain kecuali pedang-pedang kalian, dan tidak ada makanan bagi kalian kecuali yang dapat kalian rampas dari tangan musuh-musuh kalian. Sekiranya perang ini berkepanjangan, dan kalian tidak segera dapat mengatasinya, akan sirnalah kekuatan kalian. Ketakutan mereka terhadap kalian akan berubah menjadi keberadaan terhadap kalian.
Pidato tersebut memberi pengaruh besar terhadap moral pasukan. Semangat pasukan Muslimin berkobar sehingga mereka yakin apabila mereka mematuhi nasihat Thariq ini mereka akan mengalahkan musuh-musuh yang ada di hadapan mereka.
Roderick menghadapi pasukan Muslimin dengan mengerahkan jumlah pasukan yang sangat banyak. Thariq dan pasukannya bertemu dengan pasukan Roderick di lembah Lakkah. Thariq dan pasukannya menghadapi musuh dengan gigih dan berhasil membunuh Roderick.
Salah satu faktor yang membantu kemenangan pasukan Thariq adalah bergabungnya anak-anak Witiza (mantan raja Spanyol) bersama Thariq. Sebelumnya, mereka menemui Thariq untuk meminta perlindungan. Di samping itu, Raja Julian juga berhasil mengambil hati sebagian pasukan Roderick sehingga memecah persatuan tentara Roderick.
Daratan Spanyol, baru bisa dikuasai oleh Thariq bin Ziyad, karena penaklukannya bukanlah perkara yang mudah, juga karena Thariq sebagai panglima perang yang dimiliki oleh Musa bin Nushair —gubernur Tanger— memiliki tekad yang kuat dan mampu membangkitkan moral para prajurit dan keikhlasan dalam berjuang.
Selanjutnya, Thariq bin Ziyad menulis surat kepada Musa bin Nushair mengabarkan kemenangan yang berhasil diraih oleh pasukan Muslimin dan banyaknya harta rampasan yang mereka peroleh. Maka Musa membalas surat Thariq yang berisi perintah agar Thariq tidak bergerak dulu dari posisinya sampai dia bertemu dengan dirinya. Akan tetapi menurut Thariq—setelah mendapat saran dari para pemimpin pasukannya—penghentian peperangan justru membahayakan kaum Muslimin, karena akan memberi kesempatan kepada pasukan Visigoth untuk menyusun kekuatannya kembali.
Tak lama kemudian Musa bin Nushair tiba di Andalus dan pasukan Muslimin akhirnya berhasil menaklukkan Barcelona, Arbunah (Narbonne), dan Cadiz. Akan tetapi Musa bin Nushair menghentikan langkah Thariq dan memecatnya.
Namun Thariq mampu memberitahukan masalah yang menimpanya kepada Khalifah Al-Walid yang dikenal sebagai seorang khalifah yang adil. Kemudian Khalifah Al Walid mengirim Surat kepada Musa dan memerintahkannya untuk mengembalikan Thariq kepada posisinya semula.
Namun, akhir kehidupan Thariq juga diliputi ketidakjelasan sebagaimana awal kemunculannya. Akhir hidup Thariq bin Ziyad, sebagaimana yang diungkapkan para penulis sejarah, bahwa setelah menaklukkan Andalus, dia melakukan perjalanan ke Syam bersama dengan Musa bin Nushair, dan setelah itu kabarnya tidak diketahui lagi.
Dikutip dari: 13 Jenderal Islam Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah, Nabawiyah Mahmud, Penerbit Arafah

Kisah Ulama Menyamar Jadi Pengemis

Imam Baqi bin Mikhlad Nama beliau. Beliau dari negeri yang sangat jauh yaitu Andalusia sekarang bernama Spanyol. Dengarkan kisah suka dan dukanya dalam mengambil Ilmu kepada Imam Ahmad di Bagdad (Irak) selamat menyimak.
Beliau bercerita : Saya berangkat dengan berjalan kaki dari Andalusia menuju ke Baqdad untuk bertemu dengan Imam Ahmad untuk mengambil hadits dari beliau. Ketika saya mendekati Baqdad saya mendapati informasi tentang ujian yang menimpa Imam Ahmad sayapun menyadari bahwa Imam Ahmad dilarang untuk mengajar dan mengumpulkan manusia untuk mengajar mereka. Hal inipun membuat saya sedih berkepanjangan karena saya datang dari negeri yang sangat jauh dengan berjalan kaki tapi Imam Ahmad dilarang untuk mengajar.
Sesampainya saya di Baqdad saya menaruh barang-barang saya disebuah kamar dan segera mencari tahu keberadaan Imam Ahmad, hingga akhirnya saya mendapatkan kabar tentang keberadaanya. Dengan segera saya ke rumahnya kemudian mengetuk pintu rumah Imam Ahmad dan beliau sendiri yang membukakan pintu kepada saya dan saya pun berkata “Wahai Abu Abdillah, saya seorang yang jauh rumahnya, seorang pencari hadits dan penulis sunnah, saya tidak datang ke sini kecuali untuk itu. Beliau ( Imam Ahmad) berkata “Dari mana anda ?” saya menjawab “Dari Magrib Al-Aqsha” beliau ( Imam Ahmad) berkata “Dari Afrika?” Saya menjawab “Lebih jauh dari itu, saya melewati laut dari negeri saya untuk menuju ke Afrika”  beliau berkata “Negara asalmu sangat jauh, tidak ada yang lebih saya senangi melebihi dari pemenuhanku atas keinginanmu dan saya akan ajari apa yang kamu inginkan tetapi saat ini saya sedang difitnah dan dilarang untuk mengajar”.  Saya pun berkata kepadanya “Saya telah mengetahui hal itu wahai Imam, Wahai Abu Abdillah! Saya tidak dikenal orang didaerah sini dan asing ditempat ini. Jika anda mengizinkan saya akan mendatangi Anda setiap hari dengan memakai pakaian seorang pengemis kemudian berdiri di depan pintu Anda dan meminta shadaqah dan bantuan. Wahai Abu Abdillah masukkanlah saya lewat pintu ini lalu ajarkan kepadaku walaupun hanya satu hadits dalam sehari”. Beliau( Imam Ahmad ) berkata : “Saya sanggup tetapi dengan syarat Anda jangan datang ke tempat-tempat kajian dan ulama hadits yang lain agar mereka tidak mengenalmu sebagai seorang penuntut ilmu”. Saya menjawab “saya terima persyaratan itu”.
Baqi ibnu Mikhlad berkata “Setiap hari saya mengambil tongkat dan saya pun membalut kepala saya dengan sobekan kain dan memasukkan kertas serta alat tulis saya didalam kantong baju saya kemudian mulailah saya mendatangi rumah Imam Ahmad dan berdiri di depan rumah beliau dan berkata “Bersedekahlah kepada seorang yang miskin agar mendapatkan pahala dari Alloh. Maka Imam Ahmad pun keluar untuk menemui saya dan memasukkan saya lewat pintunya kemudian mengajariku dua atau tiga hadits bahkan lebih dari itu hingga saya berhasil mengumpulkan hadits dari beliau sebanyak 300 hadits. Setelah Alloh mengangkat kesulitan yang ada pada Imam Ahmad yang mana Khalifah Al-Makmun yang mengajak kepada perbuatan bid’ah telah meninggal dunia dan digantikan oleh Al-Mutawakkil (seorang yang membelah sunnah) maka Imam Ahmad menjadi terkenal dan kedudukan beliau menjadi tinggi. Pada saat itu setiap saya mendatangi Imam Ahmad di majelis beliau yang besar dan murid-murid yang begitu banyak, beliau melapangkan tempat khusus untukku dan memerintahkan kepada saya untuk mendekat dengan beliau dan dia berkata kepada murid-muridnya “Inilah orang yang berhak dinamakan penuntut ilmu” .
( Sumber Siyar alamu Nubala Imam Adzahabi)
Mutiara Kisah :
1)     Mengenal sosok ulama dari Andaulusia yang bernama Baqi ibnu Mikhlad
2)     Mengenal sosok Imam Ahmad yang teguh mempertahankan kebenaran
3)     Kesungguhan para ulama dalam menuntut ilmu
4)     Kesabaran para ulama dalam mengambil ilmu walaupun harus menjadi seorang pengemis
5)     Alloh akan senantiasa membantu hamba-hambanya selama hamba tersebut membantu agama Alloh .
Penulis : Ustadz Abu Imron Sanusi
Sumber : Kisah-kisah Keteladanan, Kepahlawanan, Kejujuran, Kesabaran, Menggugah, serta Penuh dengan Hikmah dan Pelajaran Sepanjang Masa. Penerbit : Maktabah At-Thufail, Panciro-Gowa (Makassar-Sulsel).

Kisah Nabi yunus di dalam perut ikan

Allah mengutus Yunus ‘alaihissalam kepada penduduk Nainawa, di bumi al-Mushil. Yunus menyeru mereka agar beribadah hanya kepada Allah namun mereka mendustakannya. Ketika pendustaan mereka itu berlangsung lama, Yunus pun pergi meninggalkan mereka serta memberikan janji kepada mereka akan datangnya adzab setelah tiga hari kemudian. Manakala Yunus keluar meninggalkan mereka dan mereka yakin bahwa adzab benar-benar akan turun kepada mereka, Allah memberi mereka taufiq untuk bertaubat dan kembali kepadaNya. Mereka menyesal atas sikap mereka selama ini kepada Nabi mereka. Mereka pun mengenakan pakaian dari tenunan. kasar (pakaian ibadah), memohon dengan harap kepada Allah serta menundukkan diri di hadapan-Nya. Mereka semua menangis, baik dari kalangan laki-laki maupun wanita, anak laki-laki atau pun anak perempuan serta para ibu. Binatang ternak, unta dan anaknya, sapi dan anaknya, kambing dan anaknya pun ikut bersuara. Saat itu kondisinya amat memilukan.
Dengan daya, kekuatan, kasih sayang, dan rahmat-Nya, Allah menahan adzab dari mereka (yang semestinya menimpa). Mereka pada waktu itu berjumlah seratus ribu orang. Namun para ulama berbeda pendapat mengenai kelebihan dari seratus ribu orang tersebut. Selain itu, mereka juga berbeda pendapat apakah Yunus diutus kepada mereka sebelum ia berada di perut ikan hiu ataukah sesudahnya? Maksudnya, setelah Yunus ‘alaihissalam pergi dalam keadaan marah karena perbuatan kaumnya, maka ia pun menaiki kapal. Kapal pun terombang-ambing dan merasakan beban yang berat, sehingga kapal hampir karam. Para penumpang lantas bermusyawarah untuk diadakan undian. Bagi siapa saja yang keluar undiannya, maka mereka akan melemparkannya dari kapal sehingga beban kapal berkurang. Ketika undian dilakukan, maka undian tersebut jatuh kepada Nabiyullah, Yunus. Namun mereka tidak mengizinkan bila Yanus diceburkan ke laut. Mereka pun mengulangi undian, namun kembali nama Yunus yang keluar.
Yunus pun bersiap-siap melepas pakaiannya dan bersiap-siap menceburkan dirinya ke laut. Namun, mereka menolak perbuatannya itu. Kemudian mereka mengulangi undian. Lagi-lagi undian jatuh kepada Yunus, lantaran Allah menghendaki suatu hal yang besar darinya. Setelah itu, Yunus pun di lempar ke laut. Lalu Allah mengutus ikan hiu besar dan menelannya. Allah memerintahkan kepada ikan tersebut untuk tidak memakan dagingnya dan meremukkan tulangnya, Yunus bukanlah rezeki baginya. Lalu ikan tersebut membawa Yunus berkeliling di lautan.
Setelah Yunus berada di perut ikan hiu tersebut, ia menyangka bahwa dirinya telah mati. Maka ia mencoba menggerak-gerakkan anggota badannya, dan anggota-anggota badannya pun bergerak. Ternyata ia mendapatkan dirinya masih hidup, maka ia segera bersujud kepada Allah dan berkata, “Wahai Tuhanku, aku jadikan satu masjid (tempat sujud) untuk-Mu, yang tidak ado seorang pun menyembahmu di tempat yang serupa.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Nama Allah yang apabila diseru dengan nama itu, maka dikabulkan dan apabila dimintai dengan nama itu, maka akan diberi. Itu adalah doanya Yunus bin Mata.”
Maka Allah memerintahkan kepada ikan tersebut untuk melempar Yunus di tanah tandus, lalu Allah menumbuhkan pohon yaqthinah (sejenis labu) untuknya. Di samping itu, Allah juga menyediakan untuknya domba liar sehingga Yunus dapat memerah susunya. Doa yang senantiasa diucapkan Yunus saat berada di perut ikan adalah “La ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minazh zhalimin” (Tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang lalim).” Tidak ada seorang muslim pun yang menyeru kepada Allah dengan doa tersebut, kecuali ia pasti dikabulkan.’ [HR.Tirmidzi 3505]
Sumber: Mukhtasar Bidayah wan Nihayah – Ibnu Katsir, Diringkas oleh Syaikh Ahmad Khani, Penerbit Pustaka as Sunnah

Perbedaan cinta dan Nafsu

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

sumber : http://masjidjono.blogspot.com/2013/03/5-perbedaan-antara-cinta-dan-nafsu.html

Assalamu'allaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Sahabat saudaraku fillah...


1. ♥Cinta itu membahagiakan, Nafsu itu membahayakan.

Cinta yang sebenarnya selalu menunjukkan jalan atau arah menuju kebahagiaan bagi orang-orang yang menjalaninya. Seorang pecinta yang sudah menemukan dan memahami makna cinta sejati dalam dirinya akan berada pada kondisi yang membahagiakan. Sebaliknya, orang-orang yang terkecoh dengan nafsu dan menganggap nafsu adalah cinta akan berada dalam kondisi yang membahayakan. Kita tidak bisa memungkiri, di mana ada kebaikan, di situlah setan menggoda manusia agar terjerumus ke dalam keburukan.


♥ Cinta dan nafsu seperti dua sisi dari mata uang yang sama. Cinta adalah sisi positif, nafsu adalah sisi negatif dan uang itu adalah hubungan. Seseorang yang mencintai pasangannya dengan sebenar-benarnya cinta akan mengarahkan hubungannya menuju kebahagiaan sejati dengan cara menjaga dan menyayangi pasangannya. Tanpa bermaksud untuk merusak dan menyakiti. Lain halnya dengan orang-orang yang menjalin hubungan dengan landasan nafsu, mereka akan membawa hubungannya kearah kebahagiaan yang semu dan hanya berorientasi pada fisik, dalam hal ini sex. Yang justru akan menjerumuskan mereka ke dalam situasi yang membahayakan.


2. ♥Cinta bikin kita ketawa, Nafsu bikin kita kecewa

Kalau diibaratkan hubungan seperti sawah, maka cinta adalah padi dan nafsu adalah rumput liar. Nah, ketika ketika seseorang menanam padi (cinta) di sawah (hubungan) maka secara otomatis akan tumbuh juga rumput liiar (nafsu). Kalau orang itu sudah mengetahui dan memahami apa itu padi (apa itu cinta), maka dia akan segera memangkas rumput liar itu (nafsu) yang tumbuh di sawahnya (hubungan). Ketika tiba masa panen, orang ini akan menuai hasil sawahnya (hubungan) yang ditanami padi (cinta) itu tadi berupa buah padi (kebahagiaan).

Lain dengan orang-orang yang terkecoh yang menyangka rumput liar (nafsu) sebagai padi (cinta). Mereka akan memelihara rumput liar (nafsu) dan tanaman padinya (cinta) akan mati. Pada saat panen, tentu yang mereka dapat hanyalah sekarung rumput liar (nafsu) yang tidak enak dimakan (kekecewaan).



3. ♥Cinta selalu ingin memberi, Nafsu hanya ingin diberi

Saya rasa maksud dari poin ketiga ini sudah jelas. Cinta adalah memberi. Ketika seseorang menjalin hubungan atas dasar cinta maka hal pertama yang dilakukannya adalah memberikan yang terbaik kepada pasangannya, bukan ingin diberi. Logikanya, kalau kita dan pasangan sama-sama ingin memberi (kita ingin memberi kepada pasangan dan pasangan ingin memberi kepada kita) secara otomatis keduanya akan menerima.

Tapi kalau kita dan pasangannya inginnya diberi (pasangan ingin diberi dan kita juga ingin diberi) lalu siapa yang akan memberi..? Pada akhirnya yang terjadi justru tidak ada yang akan diberi karena tidak ada yang ingin memberi.



4. ♥Cinta ingin menyayangi, Nafsu ingin menggerayangi

Bagaimana cara kamu memperlakukan pasanganmu?
Dan bagaimana cara pasanganmu memperlakukan kamu?
Ini adalah cara termudah untuk membedakan mana cinta, mana nafsu..?
Landasan seseorang dalam menjalin hubungan akan sangat menentukan pada bagaimana cara orang tersebut memperlakukan pasangannya. Orang yang menjalin hubungan dengan landasan cinta akan senantiasa memperlakukan pasangannya dengan cara-cara yang baik. Menjaga, menyayangi, memperhatikan dan selalu memberikan yang terbaik.

Sebaliknya orang orang yang menjalin hubungan karena nafsu cenderung memperlakukan pasangan ke arah fisik. Setiap kali bertemu, inginnya menciumi dan diciumi, setiap kali berdua inginnya dipeluk dan memeluk, digerayangi dan menggerayangi, dan yang lebih parah lagi kalau sampai kearah hubungan sex.
Astaghfitullah...



5. ♥Cinta yang terbaik, Nafsu yang terbalik

Cinta selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik, berusaha memberikan yang terbaik untuk pasangan dan selalu memperlakukan pasangan dengan cara-cara yang baik. Bagaimana dengan nafsu..?
Sebaliknya, nafsu selalu ingin diberi dan cenderung memperlakukan pasangan ke arah yang menyesatkan..
asa

Kisah Pencuri Ahli fiqih


Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh saudara saudarikusobat asa blog yang kucintai karena Allah subhanawataalla. Kali ini Asablog   ingin menjawab keinginan sahabatuntuk membaca cerita cerita yang berbau keislaman yang insyaallah dapatmeningkatkan keimanan kita,amin.
Berikut salah satu ceritanya, selamat membaca kawan . ⌂_⌂

Mukaddimah 

Sejenak sebelum membaca semua isinya, barangkali dari judulnya saja sudahmengundang keingin-tahuan anda, benarkah ada maling yang ahli fiqih.? 
Kedengarannya aneh, kok ada maling yang bisa jadi ahli fiqih? Kenapa ia bisamelakukana hal itu? Siapakah ia sebenarnya? 
Untuk menjawabnya, silahkan simak kisahnya! 


Dikisahkan bahwa suatu malam, seorang Qadli dari Anthokia pergi ke sawahmiliknya namun tatkala baru berjalan beberapa langkah, tiba-tiba ia dihadangoleh seorang maling yang membentak, “Serahkan semua yang engkau miliki.! Kalautidak, aku tidak akan segan-segan berbuat kasar terhadapmu.!” 

“Semoga Allah menolongmu. Sesungguhnya para ulama itu memiliki kehormatan. Danaku adalah seorang Qadli negeri ini, karena itu lepaskan aku,” kata Qadli 

“Alhamdulillah, karena Dia telah memberikan kesempatan kepadaku untuk bertemudengan orang sepertimu. Aku sangat yakin bahwa kamu bisa kembali ke rumahdengan pakaian dan kendaraan yang serba berkecukupan. Sementara orang selainmubarangkali kondisinya lemah, faqir dan tidak mendapatkan sesuatu pun,” jawab simaling 

“Menurutku, kamu ini orang yang berilmu,” selidik Qadli 
“Benar, sebab di atas setiap orang yang ‘alim ada yang lebih ‘Alim,”jawabnyatenang 

“Kalau begitu, apa katamu tentang hadits yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW,‘Dien itu adalah Dien Allah, para hamba adalah para hamba Allah dan as-Sunnahadalah sunnah-Ku; barangsiapa yang membuat-buat sesuatu yang baru (bid’ah),maka atasnya laknat Allah.’ Maka, memalak dan merampok adalah perbuatanbid’ah dan aku menyayangkan bila kamu masuk dalam laknat ini,” kata Qadlimengingatkan 

“Wahai tuan Qadli, ini hadits Mursal (bagian dari hadits Dla’if), periwayatnyatidak pernah meriwayatkan dari Nafi’ atau pun dari Ibn ‘Umar. Kalau pun akumengikuti kamu bahwa hadits itu shahih atau terputus, maka bagaimana dengannasib si maling yang amat membutuhkan, tidak memiliki makanan pokok(keseharian) dan tidak dapat pulang dengan berkecukupan. Sesungguhnya hartayang bersamamu itu halal bagiku. Malik meriwayatkan dari Nafi’ dari Ibn ‘Umarbahwasanya Rasulullah SAW bersabda, ‘Andaikata dunia itu ibarat darah segar,niscaya ia halal menjadi makanan pokok kaum Mukminin.’ Tidak terdapatperbedaan pendapat di kalangan seluruh ulama bahwa seseorang boleh menghidupidirinya dan keluarga (tanggungan)-nya dengan harta orang selainnya bila iakhawatir binasa. Demi Allah, aku takut diriku binasa sementara harta yang adabersamamu dapat menghidupiku dan keluargaku, maka serahkanlah ia lalu pergilahdari sini dengan selamat,” ujar si maling 

“Kalau memang demikian kondisimu, biarkan aku pergi dulu ke sawahku agarsinggah ke penginapan para budak dan pembantuku untuk mengambil sesuatu yangdapat menutupi auratkku. Setelah itu, aku akan serahkan kepadamu semua apa yangbersamaku ini,”kata Qadli beralasan 

“Tidak mungkin, tidak mungkin.! Orang sepertimu ini ibarat burung di dalamsangkar; bila sudah terbang ke udara, lepaslah ia dari genggaman tangan. Akukhawatir bila membiarkanmu pergi, kamu tidak bakal memberikan sesuatu punkepadaku,” kata si maling lagi 

“Aku bersumpah untukmu bahwa aku akan melakukan itu,” kata Qadli mempertegas 

“Malik menceritakan kepada kami dari Nafi’, dari Ibn ‘Umar bahwa Rasulullah SAWbersabda, ‘Sumpah orang yang dipaksa (terpaksa) tidak menjadi kemestian(tidak berlaku).’ Allah Ta’ala berfirman, ‘Kecuali orang yang dipaksa sementarahatinya mantap dengan keimanan.’ Aku khawatir nanti kamu menakwil-nakwilterhadap perkaraku ini, karena itu serahkan saja apa yang ada bersamamu itu.!”tegas si maling seakan tidak mau berkompromi 

Maka, sang Qadli pun memberinya kendaraan dan pakaian tetapi tidak menyerahkancelananya. Lalu si maling berkata, 
“Serahkan juga celana itu, ini harus.!” 

“Sesungguhnya sekarang sudah waktunya shalat padahal Rasulullah SAW bersabda, ‘Celakalahorang yang melihat aurat saudaranya.’ Sekarang ini, sudah waktunya shalatsementara orang yang telanjang tidak boleh shalat sebab Allah berfirman, ‘Ambillahhiasan kamu setiap pergi ke masjid.’ Dikatakan bahwa tafsir ‘hiasan’tersebut adalah pakaian ketika akan shalat,” sang Qadli mulai berargumentasi 

“Adapun mengenai shalat kamu itu, maka hukumnya sah. Malik menceritakan kepadakami, dari Nafi’, dari Ibn ‘Umar bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, ‘Orang-orangyang bertelanjang melakukan shalat dengan berdiri sedangkan imam mereka beradadi posisi tengah.’ Malik berkata, ‘Mereka tidak boleh shalat dengan berdiritetapi shalat secara terpisah-pisah dan saling berjauhan hingga salah seorangdari mereka tidak bisa melihat kepada aurat sebagian yang lainnya. Sedangkanmenurut Abu Hanifah, ‘mereka shalat dengan duduk.’ Sementara mengenai haditsyang kamu sebutkan itu, maka ia adalah hadits Mursal dan andaikata akumenyerah kepada dalilmu, maka itu dapat diarahkan kepada makna ‘memandangdengan syahwat.’ Sedangkan kondisimu saat ini adalah kondisi terpaksa bukanbebas, dapat memilih. Bukankah engkau tahu bahwa wanita boleh mencuci farji(kemaluan)-nya dari najis padahal tidak dapat menghindar dari melihatnya.?Demikian juga dengan seorang laki-laki yang mencukur bulu kemaluannya, orangyang menyunat dan dokter. Bila demikian keadaannya, maka ucapan sang Qadlitidak berlaku,” sanggah si maling yang ahli fiqih ini 

“Kalau begitu, kamulah Qadli sedangkan aku hanyalah seorang yang disidang(mustaqdla), kamulah Ahli Fiqih sedangkan aku hanya orang yang meminta fatwadan kamulah Mufti sebenarnya. Ambillah celana dan pakaian ini.” aku sang Qadlimengakhiri debat itu 

Lalu si maling yang ahli fiqih itu mengambil celana dan pakaian tersebut,kemudian berlalu. Sementara Qadli masih berdiri di tempatnya hingga akhirnyaada orang yang mengenalnya. 

Qadli berkata, “Sesungguhnya ia adalah seorang ahli fiqih yang disanjung. Namunmasa membuatnya pensiun hingga akhirnya melakukan apa yang telah dilakukannyatersebut.” 

Akhirnya, sang Qadli mengutus seorang utusan kepadanya, memuliakannya sertamenyuplai kebutuhan hidupnya. 

(SUMBER: Mi`ah Qishsshah Wa Qishshah Fii Aniis ash-Shaalihiin Wa Samiiral-Muttaqiin karya Muhammad Amin al-Jundy, juz.II, h.62-65) 

Keutamaan Selalu Peduli sesama muslim


Banyak nash, baik dalam Alquran maupun al-Hadits, yang menegaskan bahwa sesama Muslim itu bersaudara. Allah Subhanhu Wa Ta'ala, misalnya, berfirman (yang artinya): Sesungguhnya kaum Mukmin itu bersaudara (TQS al-Hujurat [49]: 10). Baginda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pun antara lain bersabda, “Muslim itu saudara bagi Muslim lainnya.” (HR al-Hakim).

Persaudaraan sesama Muslim tentu tidak akan bermakna apa-apa jika masing-masing tidak memperhatikan hak dan kewajiban saudaranya, tidak saling peduli, tidak saling menutupi aibnya, tidak saling  menolong, dst. Baginda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam memerintahkan hal demikian, sebagaimana sabdanya, “Siapa saja yang meringankan  beban seorang Mukmin di dunia, Allah pasti akan meringankan bebannya pada Hari Kiamat. Siapa saja yang memberikan kemudahan kepada orang yang kesulitan, Allah pasti akan memberi dia kemudahan di dunia dan akhirat. Siapa saja yang menutupi aib seorang Muslim di dunia, Allah pasti akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah Subhanhu Wa Ta'ala selalu menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya.” (HR Muslim dan at-Tirmidizi).

Itulah penghargaan Allah Subhanhu Wa Ta'ala yang luar bisa kepada hamba-Nya yang peduli kepada sesamanya. Sebaliknya, Allah Subhanhu Wa Ta'ala menegur seorang Muslim yang tidak memedulikan sesamanya. Dalam hal ini, Abu Hurairah ra menuturkan bahwa Baginda Rasululullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah bersabda: Sesungguhnya Allah Subhanhu Wa Ta'ala berkata pada Hari Kiamat nanti, “Wahai manusia, Aku pernah sakit. Mengapa engkau tidak menjenguk Aku.” Manusia menjawab, “Tuhanku, bagaimana aku menjenguk Engkau, sementara Engkau adalah Tuhan alam semesta?” Allah Subhanhu Wa Ta'ala berkata, “Bukankah engkau dulu tahu hamba-Ku si fulan pernah sakit di dunia, tetapi engkau tidak menjenguknya? Bukankah engkau pun tahu, andai engkau menjenguk dia, engkau akan mendapati diri-Ku di sisinya? Wahai manusia, Aku pernah meminta makan kepada engkau di dunia, tetapi engkau tidak memberi Aku makan.” Manusia menjawab, “Tuhanku, bagaimana Aku memberi Engkau makan, sementara Engkau adalah Tuhan alam semesta?” Allah Subhanhu Wa Ta'ala menjawab, “Bukankah engkau tahu, hamba-Ku pernah meminta makan kepada engkau, tetapi engkau tidak memberi dia makan? Bukankah andai engkau memberi dia makan, engkau mendapati diri-Ku ada di situ?” Wahai manusia, Aku pernah meminta minum kepada engkau, tetapi engkau tidak memberi Aku minum?” Manusia berkata, “Tuhanku, bagaimana aku memberi Engkau minum, sementara engkau adalah Tuhan alam semesta?” Allah Subhanhu Wa Ta'ala menjawab, “Bukankah engkau tahu, hamba-Ku pernah meminta makan kepada engkau di dunia, tetapi engkau tidak memberi dia makan? Bukankah andai engkau memberi dia makan, engkau mendapati diri-Ku ada di situ?” (HR Muslim).

Berkaitan dengan kepedulian kepada sesama Muslim, Baginda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam juga pernah bersabda, sebagaimana penuturan Bara’ bin ‘Azib, “Baginda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam telah memerintahkan kepada kami tujuh perkara dan melarang kami dari tujuh perkara pula. Beliau memerintahkan kami untuk: menjenguk orang sakit; mengiringi jenazah (ke kuburan); mendoakan orang yang bersin; membenarkan sumpah; menolong orang yang terzalimi; memenuhi undangan; dan menebarkan salam…” (HR al-Baihaqi).

Ditegaskan pula oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dalam hadits lain yang berbunyi, “Hak Muslim atas Muslim yang lain ada lima: menjawab salam; mengunjungi orang sakit; mengiringi jenazah; memenuhi undangan; mendoakan orang yang bersin.” (HR Ahmad).

Mengunjungi saudara sesama Muslim, termasuk menjenguknya saat sakit, merupakan salah satu amal terpuji. Dalam hal ini, Tsauban menuturkan bahwa Baginda  Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah bersabda, “Sesungguhnya seorang Muslim itu, jika mengunjungi saudaranya, berarti selama itu ia berada di taman surga.” (HR Muslim).

Adapun Ali ra menuturkan bahwa Baginda Rasulullah  pernah bersabda, “Tidaklah seorang Muslim mengunjungi Muslim yang lain pada pagi hari, kecuali seribu malaikat mendoakan dirinya hingga sore hari. Jika ia mengunjungi Muslim yang lain pada siang hari, seribu malaikat akan mendoakannya hingga pagi hari.” (HR at-Tirmidzi).

Adapun tentang mendoakan orang yang bersin, sebagian menghukumi sunnah, dan sebagian lagi bahkan menghukumi wajib; tidak ada yang menghukumi mubah. Sebab, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang bersin. Karena itu, jika salah seorang dari kalian bersin, maka hendaklah memuji Allah. Sesungguhnya hak Muslim atas Muslim lainnya, jika ia mendengarnya bersin, hendaklah menjawab (mendoakan)-nya.” (HR al-Bukhari).
Sementara itu, terkait menerbarkan salam, Baginda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dalam hadits lain tegas memerintahkan, “Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR Muslim).

Di antara faedah menebarkan salam adalah: asma Allah menjadi tersebar; bisa menumbuhkan rasa cinta kepada sesama Muslim; menunjukkan pelakunya rendah hati dan tidak sombong; membuktikan pelakunya memiliki kesucian hati; mewujudkan rasa kasih sayang sesama Muslim (Iqazh al-Afham fi Syarh Umadh al-Ahkam, IV/51).

Semoga kita termasuk orang yang selalu memedulikan saudara sesama Muslim.

Wama tawfiqi illa billah. 



Sumber: http://dakwahsyariah.blogspot.com/2012/01/selalu-peduli-terhadap-sesama-muslim.html#ixzz2aHQHKXFj

Kehebatan Tersembunyi Air

sumber : http://lembar-ilmu.blogspot.com/2012/03/kekuatan-tersembunyi-air.html

Dan Kami ciptakan dari air segala sesuatu yang hidup." (Q.S. Al Anbiya:30)

Dalam kitab-kitab tafsir klasik, ayat tadi diartikan bahwa tanpa air semua akan mati kehausan. Tetapi di Jepang, Dr. Masaru Em oto dari Universitas Yokohama dengan tekun melakukan penelitian tentang perilaku air.

Air murni dari mata air di Pulau Honshu didoakan secara agama Shinto, lalu didinginkan sampai -5oC di laboratorium, lantas difoto dengan mikroskop elektron dengan kamera kecepatan tinggi. Ternyata molekul air membentuk kristal segi enam yang indah. Percobaan diulangi dengan membacakan kata, "Arigato (terima kasih dalam bahasa Jepang)" di depan botol air tadi. Kristal kembali membentuk sangat indah. Lalu dicoba dengan menghadapkan tulisan huruf Jepang, "Arigato". Kristal membentuk dengan keindahan yang sama. Selanjutnya ditunjukkan kata "setan", kristal berbentuk buruk. Diputarkan musik Symphony Mozart, kristal muncul berbentuk bunga. Ketika musik heavy metal diperdengarkan, kristal hancur.



Ketika 500 orang berkonsentrasi memusatkan pesan "peace" di depan sebotol air, kristal air tadi mengembang bercabang-cabang dengan indahnya. Dan ketika dicoba dibacakan doa Islam, kristal bersegi enam dengan lima cabang daun muncul berkilauan. Subhanallah.



Dr. Emoto akhirnya berkeliling dunia melakukan percobaan dengan air di Swiss, Berlin, Prancis, Palestina, dan ia kemudian diundang ke Markas Besar PBB di New York untuk mempresentasikan temuannya pada bulan Maret 2005 lalu. Ternyata air bisa "mendengar" kata-kata, bisa "membaca" tulisan, dan bisa "mengerti" pesan. Dalam bukunya The Hidden Message in Water, Dr. Masaru Emoto menguraikan bahwa air bersifat bisa merekam pesan, seperti pita magnetik atau compact disk.

Semakin kuat konsentrasi pemberi pesan, semakin dalam pesan tercetak di air. Air bisa mentransfer pesan tadi melalui molekul air yang lain. Barangkali temuan ini bisa menjelaskan, kenapa air putih yang didoakan bisa menyembuhkan si sakit. Dulu ini kita anggap musyrik, atau paling sedikit kita anggap sekadar sugesti, tetapi ternyata molekul air itu menangkap pesan doa kesembuhan, menyimpannya, lalu vibrasinya merambat kepada molekul air lain yang ada di tubuh si sakit.

Tubuh manusia memang 75% terdiri atas air. Otak 74,5% air. Darah 82% air. Tulang yang keras pun mengandung 22% air. Air putih galon di rumah, bisa setiap hari didoakan dengan khusyu kepada Allah, agar anak yang meminumnya saleh, sehat, dan cerdas, dan agar suami yang meminum tetap setia. Air tadi akan berproses di tubuh meneruskan pesan kepada air di otak dan pembuluh darah. Dengan izin Allah, pesan tadi akan dilaksanakan tubuh tanpa kita sadari. Bila air minum di suatu kota didoakan dengan serius untuk kesalehan, insya Allah semua penduduk yang meminumnya akan menjadi baik dan tidak beringas.

Rasulullah saw. bersabda, "Zamzam lima syuriba lahu", "Air zamzam akan melaksanakan pesan dan niat yang meminumnya". Barangsiapa minum supaya kenyang, dia akan kenyang. Barangsiapa minum untuk menyembuhkan sakit, dia akan sembuh. Subhanallah ... Pantaslah air zamzam begitu berkhasiat karena dia menyimpan pesan doa jutaan manusia selama ribuan tahun sejak Nabi Ibrahim a.s.

Bila kita renungkan berpuluh ayat Al Quran tentang air, kita akan tersentak bahwa Allah rupanya selalu menarik perhatian kita kepada air.

Bahwa air tidak sekadar benda mati. Dia menyimpan kekuatan, daya rekam, daya penyembuh, dan sifat-sifat aneh lagi yang menunggu disingkap manusia. Islam adalah agama yang paling melekat dengan air. Shalat wajib perlu air wudlu 5 kali sehari. Habis bercampur, suami istri wajib mandi. Mati pun wajib dimandikan. Tidak ada agama lain yang menyuruh memandikan jenazah, malahan ada yang dibakar. Tetapi kita belum melakukan zikir air. Kita masih perlakukan air tanpa respek. Kita buang secara mubazir, bahkan kita cemari. Astaghfirullah.

Seorang ilmuwan Jepang telah merintis. Ilmuwan muslim harus melanjutkan kajian kehidupan ini berdasarkan Al Quran dan hadis.

Wallahu a'lam ...

Yang Mencintai dan Dicintai Alloh


Ya, setiap insan pasti punya rasa cinta, apakah cinta terhadap manusia, binatang, benda maupun rasa cinta terhadap Tuhannya. Pada saat yang sama setiap manusia pasti juga ingin dicintai, apakah oleh lawan jenisnya, keluarganya, sahabatnya bahkan oleh binatang kesayangannya. Apalagi kalau dicintai oleh Tuhan-nya, pastilah setiap orang mengharapkannya. Ya itulah qodrat manusia.
Tidak ada kebahagiaan di atas kebahagiaan “mencintai dan sekaligus dicintai”. Terlebih kalau cinta kita dibalas dengan cinta yang jauh lebih besar. Siapa sih yang tidak mau ?
Nah, adakah orang yang mencintai Allah sekaligus dicintai oleh Allah ?. Jawabnya ADA. Siapakah dia ?
Di bawah ini saya kutipkan dari sebuah hadits qudsi yang cukup panjang tentang siapa mereka :
Rasulullah bersabda : Allah SWT berfirman kepada seorang hamba-Nya : " Sesungguhnya ada hamba-hamba-KU yang mencintai-KU dan AKU mencintai mereka. Mereka merindukan-KU dan AKU merindukan mereka. Mereka memperhatikan-KU dan AKU memperhatikan mereka. Jika kamu menempuh jalan mereka, maka AKU akan mencintaimu. Jika kamu berpaling dari mereka, AKU akan murka kepadamu."
Hamba itu bertanya : "Apa tanda-tanda mereka ?"

Allah SWT berfirman : "Mereka di siang hari mewaspadai bayangan-bayangan seperti seorang penggembala yang mengawasi kambingnya. Dan merindukan terbenamnya matahari seperti seekor burung yang menanti tibanya malam untuk kembali ke Sangkarnya.
Ketika malam tiba dan bercampur dengan kegelapan, tikar-tikar telah dibentangkan dan setiap orang menyendiri dengan AKU, Kekasihnya. Mereka bangun berdiri menghadap-KU dan memanggil-KU dengan nama-KU, serta menggantungkan diri sepenuhnya hanya kepada-KU.
Di antara mereka ada yang merintih dan menangis, ada yang mengeluh dan mengadu, ada yang berdiri, duduk, ruku’ dan sujud . Demi Dzat-KU, mereka tidak bisa menahan diri karena-KU dan mereka tidak mengeluh karena Cinta pada-KU.
Maka, pertama-tama yang akan Aku berikan kepada mereka adalah 3 (tiga) PERKARA :
1. AKU letakkan di hati mereka Cahaya-KU, maka mereka bercerita tentang-KU, sebagaimana AKU bercerita tentang mereka.
2. Sekiranya langit dan bumi seukuran mereka, niscaya AKU serahkan kepada mereka.
3. AKU sendirilah yang menghadapi mereka. Hai orang yang AKU hadapi, apakah seseorang mengetahui apa yang akan AKU kurniakan untukmu ? "
Hadist qudsi tersebut lumayan panjang dan nampak dialogis antara ALLAH dengan hambaNYA.
Saya berharap kita semua masuk dalam kategori sebagai Orang Yang Selalu Mencintai ALLAH dan sekaligus senantiasa selalu dicintai ALLAH SWT, sebagaimana dimaksud dalam hadisrt qudsi tersebut di atas. Amiin...Amiin Ya Rabbal alamiin
Wallahualam bissawab
(dikutip dari "Muatan Cinta Ilahi"- Syaikh Muhammad Mahdi Al-Ashify)

Keburukan Terlalu Banyak Tertawa

sumber : http://lembar-ilmu.blogspot.com/2012/03/banyak-tertawa-dapat-mengeraskan-hati.html

Abul Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibn Umar r.a. berkata: “Pada suatu hari Nabi Muhammad s.a.w. keluar ke masjid, tiba-tiba ada orang berbicara-bicara sambil tertawa, maka Nabi Muhammad s.a.w. berhenti di depan mereka dan memberi salam lalu bersabda: “Perbanyaklah mengingat hal-hal yang merusak nikmat.” Sahabat bertanya: “Apakah yang merusakkan itu?” Jawab Nabi Muhammad s.a.w.: “Mati.” Kemudian Nabi Muhammad s.a.w. keluar melihat orang-orang sedang tertawa gelak-gembira, maka Nabi Muhammad s.a.w. bersabda kepada mereka: “Ingatlah demi Allah yang jiwaku di tanganNya andaikan kamu mengetahui sebagaimana yang aku ketahui niscaya kamu sedikit tertawa dan banyak menangis.” Kemudian di lain hari keluar pula dan melihat orang-orang sedang gelak ketawa sambil berbicara-bicara, maka Nabi Muhammad s.a.w. memberi salam dan berkata: “Sesungguhnya Islam ini pada mulanya asing dan akan kembali asing, maka sangat beruntung bagi orang-orang yang berada dalam keterasingan pada hari kiamat.” Nabi ditanya: “Siapakah orang-orang asing itu pada hari kiamat?” jawab Nabi Muhammad s.a.w.: “Ialah mereka yang tetap memerbaiki akhlaknya di masa rusaknya.
Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wassalam pernah bersabda, “Jauhilah oleh kalian banyak tertawa, karena banyak tertawa dapat mematikan hati dan menghilangkan cahaya wajah” (HR. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al Albani). Syaikh Abdul Aziz Bin Baz juga berkata: “Sesungguhnya banyak bercanda dapat menjatuhkan wibawa, menjauhkan diri dari hikmah, menimbulkan kedengkian, mengeraskan hati dan membuat banyak tertawa yang melalaikan diri dari mengingat Allah.”
Sebagai Agama yang sempurna, Islam telah mengaturnya sedemikian rupa. Rasulullah sebagai manusia, pernah juga bercanda, namun ada batasnya. Diriwayatkan dari beberapa Hadits Shahih, jika Rasulullah bercanda, langit-langit mulutnya tidak terlihat. Lalu ketika bercanda pun rasulullah selalu berkata benar. Tidak seperti kita, kadang harus berbohong atau mengarang-ngarang cerita agar bisa membuat teman kita tertawa. Ja’far bin Auf dari Mas’ud dari Auf bin Abdullah berkata: “Rasulullah tidak tertawa melainkan senyum simpul dan tidak menoleh kecuali dengan wajahnya.” Hadis ini menunjukkan bahwa senyum itu sunnah dan tertawa bergelak-gelak itu makruh. Maka seharusnya orang yang sehat akal, hindarilah gelak tawa sebab banyak tawa di dunia berarti akan banyak menangis di akhirat.
Ibn Abbas r.a. berkata: “Siapa yang tertawa ketika berbuat dosa maka ia akan menangis ketika akan masuk neraka.” sedangkan Yahya bin Mu’aadz Arrazi berkata: “Empat macam yang menghilangkan tertawanya orang mukmin dan kesenangannya, yaitu: Memikirkan akhirat, Mengintrospeksi dosa-dosa yang telah diperbuat, Mencari nafkah yang halal untuk keluarga, dan datangnya musibah atau bencana. Maka seharusnya seorang muslim dan mu’min sejati, menyibukkan diri memikirkan semua itu supaya tidak banyak tertawa.
Seringkali kita bertingkah seolah untuk melucu, namun akhirnya kebablasan sehingga menyakiti perasaan orang, terus dengan enteng kita minta maaf sambil cengengesan bilang, “becanda, bos!”
Kita memang suka tertawa, terlebih menertawakan orang lain. Buktinya acara televisi yang isinya reality show, kompetisi, dan mengusili orang, atau acara yang mengumbar komedi agar kita tertawa, justru sangat laku diminati orang. Padahal di saat tertawa kita lupa bahwa kita sedang membuat hati kita sekeras batu. Seorang ulama bernama Hasan al-Bashri berkata: “Sungguh ajaib seseorang dapat tertawa pada hal dibelakangnya ada api neraka dan orang yang bersuka-suka sedang dibelakangnya maut.”
Pernah Hasan al-Bashri bertemu dengan pemuda yang sedang tertawa, lalu ditanya: “Hai anak muda, apakah engkau sedah menyeberang shirath (jembatan shirath al-Mustaqiim di akhirat)?” Pemuda itu menjawab: “Belum.” kemudian ditanya lagi, “Apakah engkau pasti engkau akan masuk surga atau neraka?” dan dijawab: “Belum.” dan Hasan al-Bashri bertanya, “Lalu karena apa engkau tertawa sedemikian itu?” maka sejak itu pemuda tadi tidak tertawa lagi. Nasihat Hasan al-Bashri meresap benar dalam hatiya sehingga ia bertaubat daripada tertawa. Demikianlah nasihat dari ulama yang mengamalkan benar ilmunya, sangat berguna ilmunya dan berkesan nasihat-nasihatnya, adapun ulama-ulama sekarang karena tidak punya ilmu yang mumpuni justru terjerambab pada ceramah-ceramah yang kurang lebih sama dengan lawakan.
Kadang pula kita menyelingi candaan dengan hinaan baik kepada orang lain atau menggunakan kata-kata yang memang digunakan oleh masyarakat untuk mengejek. Alangkah keras hatinya orang-orang seperti itu. Namun ironisnya malah yang seperti itulah yang dianut dan dipajang di muka publik. Inilah bukti bahwa dunia ini telah terbalik, yang datang dari Allah justru tenggelam dan terasing. Maka benar apa yang telah diramalkan Nabi bahwa ketika kiamat makin dekat, hanya sedikit dari umat ini yang tetap berpegang pada kemurnian ajaran agama.
Nabi juga pernah bilang bahwa apabila hati manusia shalih (baik, suci, bersih), makashalih pula tindak tanduk manusia. Sebaliknya apabila fasad (rusak, kotor, buruk), maka fasad pula tindak tanduk umat manusia. Salah satunya yang mengotori hati manusia adalah tertawa yang dapat mengeraskan hati. Karena itu marilah sejak dini kita membina akhlak sesuai akhlak Nabi dan mencontohkan di keluarga kita. Semoga kita bukan dari kalangan orang-orang yang dimurkai Allah.

Keutamaan Menjaga Pandangan

sumber : http://dakwahsyariah.blogspot.com/2011/11/kajian-keutamaan-menundukan-pandangan.html

Jagalah Hati, Tundukkan Pandangan

Menundukkan pandangan bukan berarti harus menundukkan kepala sehingga berjalan tak fokus arah, atau memejamkan mata hingga tidak melihat sama sekali. Secara bahasa, غَضُّ البَصَرِ (gadh-dhul bashar) berarti menahan, mengurangi atau menundukkan pandangan.

Maksudnya adalah menjaganya dan tidak melepas kendalinya hingga menjadi liar. Pandangan yang terpelihara adalah apabila seseorang memandang sesuatu yang bukan aurat orang lain, lalu ia tidak mengamat-amati keelokan parasnya, tidak berlama-lama memandangnya, dan tidak memelototi apa yang dilihatnya. Singkatnya, menahan dari apa yang diharamkan oleh Allah Subhaanahu Wata’ala dan Rasul-Nya untuk kita memandangnya.

Dalil Kewajiban Menahan Pandangan

1. Dari al-Qur’an

Allah Subhaanahu Wata’ala berfirman, artinya,

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Mahamengetahui apa yang mereka perbuat.” Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya.” (QS. an-Nur [24]: 30-31)

Para ulama tafsir menyebutkan bahwa kata ‘min’ dalam ‘min absharihim’ maknanya adalah sebagian, untuk menegaskan bahwa yang diharamkan oleh Allah Subhaanahu Wata’ala hanyalah pandangan yang dapat dikontrol atau disengaja, sedangkan pandangan tiba-tiba tanpa sengaja dimaafkan. Atau untuk menegaskan bahwa kebanyakan pandangan itu halal, yang diharamkan hanya sedikit saja.

Berbeda dengan perintah memelihara kemaluan yang tidak menggunakan kata min karena semua pintu pemuasan seksual dengan kemaluan adalah haram kecuali yang diizinkan oleh syariat saja (nikah).

Larangan menahan pandangan didahulukan dari menjaga kemaluan karena pandangan yang haram adalah awal dari terjadinya perbuatan zina.

Berkata Syaikh Muhammad Amin Asy-Syinqithy—rahimahullah, “Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa yang menjadikan mata itu berdosa karena memandang hal-hal yang dilarang berdasarkan firman Allah Subhaanahu Wata’ala yang artinya,

“Dia mengetahui khianatnya (pandangan) mata dan apa yang disembunyikan oleh hati”. (QS. Ghafir: 19).

Ini menunjukkan ancaman bagi yang menghianati matanya dengan memandang hal-hal yang dilarang.”

Imam al-Bukhary—rahimahullah—berkata, “Makna dari ayat (an-Nuur: 31) adalah memandang hal yang dilarang karena hal itu merupakan pengkhianatan mata dalam memandang.” (Adhwa` al-Bayan 9/190).

2. Dalil dari Hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:
Dari Jarir bin Abdillah Radhiyallahu Anhu berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tentang pandangan tiba-tiba (tanpa sengaja), lalu beliau memerintahkanku untuk memalingkannya.” (HR. Muslim).

Maksudnya, jangan meneruskan pandanganmu, karena pandangan tiba-tiba tanpa sengaja itu dimaafkan, tapi bila diteruskan berarti disengaja.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Seorang laki-laki tidak boleh melihat aurat laki-laki lain, dan seorang perempuan tidak boleh melihat aurat perempuan lain. Seorang laki-laki tidak boleh bersatu (bercampur) dengan laki-laki lain dalam satu pakaian (selimut), dan seorang perempuan tidak boleh bercampur dengan perempuan lain dalam satu pakaian (selimut).” (HR. Muslim, Ahmad, Abu Dawud & Tirmidzi).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda kepada Ali Radhiyallahu Anhu, “Wahai Ali, janganlah kamu ikuti pandangan pertama dengan pandangan berikutnya, karena yang pertama itu boleh (dimaafkan) sedangkan yang berikutnya tidak.” (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud dan dinyatakan hasan oleh al-Albani).

Imam An-Nawawy mengatakan, “Pandangan kepada selain mahram secara tiba-tiba tanpa maksud tertentu pada pandangan pertama maka tak ada dosa. Adapun selain itu, bila ia meneruskan pandangannya maka hal itu sudah terhitung sebagai dosa.”

الْعَيْنَانِ تَزْنِيَانِ، وَزِنَاهُمَا النَّظَرُ

“Dua mata itu berzina, dan zinanya adalah memandang.” (Muttafaq ‘alaih).

Imam Bukhari dalam menjelaskan hadits ini mengatakan bahwa selain kemaluan, anggota badan lainnya pun dapat berzina.

Akibat Negatif Memandang yang Haram

1 Rusaknya hati
Pandangan yang haram dapat mematikan hati seperti anak panah mematikan seseorang atau minimal melukainya. Segala peristiwa bermula dari pandangan, dan api yang besar itu berasal dari percikan api yang kecil. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya seorang mukmin jika berbuat dosa maka akan ada satu noda hitam di hatinya, jika ia bertaubat dan berlepas dari dosanya maka hatinya akan menjadi bersih, namun jika dosanya bertambah maka noda hitam tersebut akan semakin bertambah hingga menutupi hatinya, itulah noda yang disebutkan oleh Allah Azza Wajalla dalam al-Qur`an (artinya), “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya dosa yang mereka perbuat itu menutupi hati mereka.”
2. Terancam jatuh kepada zina
Ibnul Qayyim—rahimahullah—berkata bahwa pandangan mata yang haram akan melahirkan lintasan pikiran, lintasan pikiran melahirkan ide, sedangkan ide memunculkan nafsu, lalu nafsu melahirkan kehendak, kemudian kehendak itu menguat hingga menjadi tekad yang kuat dan biasanya diwujudkan dalam amal perbuatan (zina).

Akses terhadap pornografi yang begitu mudah, hingga kalangan anak-anak sekalipun telah menjadi pemicu meningkatnya pemerkosaan dan seks bebas. Semuanya berawal dari mata yang khianat terhadap larangan-larangan Allah Azza Wajalla.

3. Lupa ilmu

Imam Waki’ bin Jarrah salah seorang guru Imam Syafi’i berkata, “Sesungguhnya ilmu itu adalah cahaya, dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada pelaku maksiat.”

Kebiasaan seseorang menahan pandangan dari hal-hal yang diharamkan akan menjadikan hatinya bersih. Kebersihan hati memudahkan masuknya nur atau cahaya petunjuk dari Allah Subhaanahu Wata’ala kedalamnya.

Sebaliknya kebiasaan memandang hal-hal yang diharamkan Allah, seperti aurat orang lain maka akan menjadikan hatinya kotor dengan kemaksiatan dan dosa yang lama-kelamaan semakin menutupi kebersihan hatinya sehingga sulit ditembus oleh nur hidayah-Nya.

4. Turunnya bala’
Amr bin Murrah berkata, “Aku pernah memandang seorang perempuan yang membuatku terpesona, kemudian mataku menjadi buta. Kuharap itu menjadi kafarat penghapus dosaku.”
5. Menambah lalai terhadap Allah Azza Wajalla dan hari akhirat

    6. Rendahnya nilai mata yang memandang yang haram dalam pandangan syariat Islam

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Jika seseorang melongok ke dalam rumahmu tanpa izinmu, lalu kau sambit dengan kerikil hingga buta matanya, tak ada dosa bagimu karenanya.” (Muttafaq ‘alaih).

Manfaat Menahan Pandangan
Di antara manfaat menahan pandangan adalah:

Membebaskan hati dari pedihnya penyesalan, karena barangsiapa yang mengumbar pandangannya maka penyesalannya akan berlangsung lama.
Hati yang bercahaya dan terpancar pada tubuh terutama mata dan wajah, begitu pula sebaliknya jika seseorang mengumbar pandangannya.
Terbukanya pintu ilmu dan faktor-faktor untuk menguasainya karena hati yang bercahaya dan penuh konsentrasi.
Mempertajam firasat dan prediksi
Syuja’ Al-Karmani berkata,
“Siapa yang menyuburkan lahiriyahnya dengan mengikuti sunnah, menghiasi batinnya dengan muraqabah, menundukkan pandangannya dari yang haram, menahan dirinya dari syahwat, dan memakan yang halal, maka firasatnya tidak akan salah.”
Menjadi salah satu penyebab datangnya mahabbatullah (kecintaan dari Allah Subhaanahu Wata’ala).
Al-Hasan bin Mujahid berkata,

غَضُّ البَصَرِ عَنْ مَحَارِمِ اللهِ يُوْرِثُ حُبَّ اللهِ.

“Menahan pandangan dari apa yang diharamkan Allah akan mewarisi cinta Allah.”

Faktor-faktor Penyebab Mampu Menahan Pandangan
Di antara faktor yang membuat seseorang mampu menahan pandangannya adalah:

Hadirnya pengawasan Allah dan rasa takut akan siksa-Nya di dalam hati.
Menjauhkan diri dari semua penyebab mengumbar pandangan.
Meyakini semua bahaya mengumbar pandangan.
Meyakini manfaat menahan pandangan.
Melaksanakan pesan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk segera memalingkan pandangan ketika melihat yang haram.
Memperbanyak puasa.
Menyalurkan keinginan melalui jalan yang halal (pernikahan).
Bergaul dengan orang-orang shaleh dan menjauhkan diri dari persahabatan akrab dengan orang-orang yang rusak akhlaknya.
Selalu merasa takut dengan su’ul khatimah ketika meninggal dunia.

Wallahul Musta’an wailaihi at Tuklan

Dari berbagai sumber (Al Fikrah Edisi17/10 Juli 2007)(wahdah/af)


Sumber: http://dakwahsyariah.blogspot.com/2011/11/kajian-keutamaan-menundukan-pandangan.html#ixzz2aHNu6ztv