sumber : http://lembar-ilmu.blogspot.com/2012/03/banyak-tertawa-dapat-mengeraskan-hati.html
Abul Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibn Umar r.a. berkata: “Pada suatu hari Nabi Muhammad s.a.w. keluar ke masjid, tiba-tiba ada orang berbicara-bicara sambil tertawa, maka Nabi Muhammad s.a.w. berhenti di depan mereka dan memberi salam lalu bersabda: “Perbanyaklah mengingat hal-hal yang merusak nikmat.” Sahabat bertanya: “Apakah yang merusakkan itu?” Jawab Nabi Muhammad s.a.w.: “Mati.” Kemudian Nabi Muhammad s.a.w. keluar melihat orang-orang sedang tertawa gelak-gembira, maka Nabi Muhammad s.a.w. bersabda kepada mereka: “Ingatlah demi Allah yang jiwaku di tanganNya andaikan kamu mengetahui sebagaimana yang aku ketahui niscaya kamu sedikit tertawa dan banyak menangis.” Kemudian di lain hari keluar pula dan melihat orang-orang sedang gelak ketawa sambil berbicara-bicara, maka Nabi Muhammad s.a.w. memberi salam dan berkata: “Sesungguhnya Islam ini pada mulanya asing dan akan kembali asing, maka sangat beruntung bagi orang-orang yang berada dalam keterasingan pada hari kiamat.” Nabi ditanya: “Siapakah orang-orang asing itu pada hari kiamat?” jawab Nabi Muhammad s.a.w.: “Ialah mereka yang tetap memerbaiki akhlaknya di masa rusaknya.
Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wassalam pernah bersabda, “Jauhilah oleh kalian banyak tertawa, karena banyak tertawa dapat mematikan hati dan menghilangkan cahaya wajah” (HR. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al Albani). Syaikh Abdul Aziz Bin Baz juga berkata: “Sesungguhnya banyak bercanda dapat menjatuhkan wibawa, menjauhkan diri dari hikmah, menimbulkan kedengkian, mengeraskan hati dan membuat banyak tertawa yang melalaikan diri dari mengingat Allah.”
Sebagai Agama yang sempurna, Islam telah mengaturnya sedemikian rupa. Rasulullah sebagai manusia, pernah juga bercanda, namun ada batasnya. Diriwayatkan dari beberapa Hadits Shahih, jika Rasulullah bercanda, langit-langit mulutnya tidak terlihat. Lalu ketika bercanda pun rasulullah selalu berkata benar. Tidak seperti kita, kadang harus berbohong atau mengarang-ngarang cerita agar bisa membuat teman kita tertawa. Ja’far bin Auf dari Mas’ud dari Auf bin Abdullah berkata: “Rasulullah tidak tertawa melainkan senyum simpul dan tidak menoleh kecuali dengan wajahnya.” Hadis ini menunjukkan bahwa senyum itu sunnah dan tertawa bergelak-gelak itu makruh. Maka seharusnya orang yang sehat akal, hindarilah gelak tawa sebab banyak tawa di dunia berarti akan banyak menangis di akhirat.
Ibn Abbas r.a. berkata: “Siapa yang tertawa ketika berbuat dosa maka ia akan menangis ketika akan masuk neraka.” sedangkan Yahya bin Mu’aadz Arrazi berkata: “Empat macam yang menghilangkan tertawanya orang mukmin dan kesenangannya, yaitu: Memikirkan akhirat, Mengintrospeksi dosa-dosa yang telah diperbuat, Mencari nafkah yang halal untuk keluarga, dan datangnya musibah atau bencana. Maka seharusnya seorang muslim dan mu’min sejati, menyibukkan diri memikirkan semua itu supaya tidak banyak tertawa.
Seringkali kita bertingkah seolah untuk melucu, namun akhirnya kebablasan sehingga menyakiti perasaan orang, terus dengan enteng kita minta maaf sambil cengengesan bilang, “becanda, bos!”
Kita memang suka tertawa, terlebih menertawakan orang lain. Buktinya acara televisi yang isinya reality show, kompetisi, dan mengusili orang, atau acara yang mengumbar komedi agar kita tertawa, justru sangat laku diminati orang. Padahal di saat tertawa kita lupa bahwa kita sedang membuat hati kita sekeras batu. Seorang ulama bernama Hasan al-Bashri berkata: “Sungguh ajaib seseorang dapat tertawa pada hal dibelakangnya ada api neraka dan orang yang bersuka-suka sedang dibelakangnya maut.”
Pernah Hasan al-Bashri bertemu dengan pemuda yang sedang tertawa, lalu ditanya: “Hai anak muda, apakah engkau sedah menyeberang shirath (jembatan shirath al-Mustaqiim di akhirat)?” Pemuda itu menjawab: “Belum.” kemudian ditanya lagi, “Apakah engkau pasti engkau akan masuk surga atau neraka?” dan dijawab: “Belum.” dan Hasan al-Bashri bertanya, “Lalu karena apa engkau tertawa sedemikian itu?” maka sejak itu pemuda tadi tidak tertawa lagi. Nasihat Hasan al-Bashri meresap benar dalam hatiya sehingga ia bertaubat daripada tertawa. Demikianlah nasihat dari ulama yang mengamalkan benar ilmunya, sangat berguna ilmunya dan berkesan nasihat-nasihatnya, adapun ulama-ulama sekarang karena tidak punya ilmu yang mumpuni justru terjerambab pada ceramah-ceramah yang kurang lebih sama dengan lawakan.
Kadang pula kita menyelingi candaan dengan hinaan baik kepada orang lain atau menggunakan kata-kata yang memang digunakan oleh masyarakat untuk mengejek. Alangkah keras hatinya orang-orang seperti itu. Namun ironisnya malah yang seperti itulah yang dianut dan dipajang di muka publik. Inilah bukti bahwa dunia ini telah terbalik, yang datang dari Allah justru tenggelam dan terasing. Maka benar apa yang telah diramalkan Nabi bahwa ketika kiamat makin dekat, hanya sedikit dari umat ini yang tetap berpegang pada kemurnian ajaran agama.
Nabi juga pernah bilang bahwa apabila hati manusia shalih (baik, suci, bersih), makashalih pula tindak tanduk manusia. Sebaliknya apabila fasad (rusak, kotor, buruk), maka fasad pula tindak tanduk umat manusia. Salah satunya yang mengotori hati manusia adalah tertawa yang dapat mengeraskan hati. Karena itu marilah sejak dini kita membina akhlak sesuai akhlak Nabi dan mencontohkan di keluarga kita. Semoga kita bukan dari kalangan orang-orang yang dimurkai Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar