Translate

KESULITAN MENDATANGKAN KEMUDAHAN

Di antara kaedah fikih yang menunjukkan kemudahan yang Islam berikan adalah ketika datang kesulitan, maka Islam memberikan kemudahan. Ketika sakit, tidak bisa shalat sambil berdiri, maka boleh shalat sambil duduk. Ketika wanita datang bulan, maka shalat gugur darinya. Ketika kita bersafar, kita diberi keringanan mengerjakan shalat 4 raka’at menjadi 2 raka’at, artinya mengerjakannya secara qoshor.
Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah berkata,
وَمِنْ قَوَاعِدِ الشَّرِيْعَةِ التَّيْسِيْرُ
فِي كُلِّ أَمْرٍ نَابَهُ تَعْسِيْرٌ
Di antara kaedah syari’at adalah memberikan kemudahan,
Yaitu kemudahan ketika datang kesulitan.
Maksud dari kaedah di atas: di antara hikmah dan rahmat Allah, apabila datang sesuatu kesulitan, maka syari’at diperingan dan dipermudah.
Dalil-Dalil Pendukung
Kaedah ini berasal dari beberapa ayat di antaranya,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (5) إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (6)
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Asy Syarh: 5-6).
يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu” (QS. Al Baqarah: 185).
يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُخَفِّفَ عَنْكُمْ وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا
Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.”(QS. An Nisa’: 28).
Sebagai pendukung juga dari hadits,
يَسِّرُوا وَلاَ تُعَسِّرُوا
Buatlah mudah, jangan mempersulit”. (HR. Bukhari no. 69 dan Muslim no. 1734).
Dalam hadits lain disebutkan,
فَإِنَّمَا بُعِثْتُمْ مُيَسِّرِينَ ، وَلَمْ تُبْعَثُوا مُعَسِّرِينَ
Kalian diutus untuk mempermudah dan kalian tidaklah diutus untuk mempersulit”. (HR. Bukhari no. 220).
Dalil-dalil yang ada menunjukkan:
1-      Kesulitan dinafikan dalam syari’at.
2-      ‘Illah (sebab) sebagian hukum syar’i diperintahkan adalah untuk mempermudah.
3-      Setelah ditelaah, setiap hukum syar’i itu mudah untuk dijalankan dan terdapat maslahat bagi hamba, inilah nikmat Allah.
Al ‘Usru Sabab lit Taysiir
Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di menggunakan lafazh ‘usru, bukan menggunakanmasyaqqoh. Padahal kebanyakan fuqoha menggunakan lafazh,
المشَقَّةُ تَجْلِبُ التَّيْسِيْرُ
Masyaqqoh mendatangkan kemudahan.” Ibarat yang dipakai Syaikh As Sa’di lebih tepat karena beberapa alasan:
1- Dalil syar’i menunjukkan peniadaan ‘usru (kesulitan), bukan peniadaan masyaqqoh(merasa berat atau susah). Ada beda antara ‘usru (kesulitan) dan masyaqqoh (merasa berat). Masyaqqoh itu pasti ditemui dalam setiap amalan dan ‘usru tidak mesti. Bangun pagi untuk shalat Shubuh, itu masyaqqoh (sesuatu yang berat), bukan ‘usru. Sehingga bukan sebab tidak bisa bangun pagi karena mendapati masyaqqoh (berat), maka tidak ada shalat Shubuh, ini bukan maksudnya.
2- Hukum syar’i yang dijalankan pasti ada masyaqqoh di dalamnya. Jihad pasti berat, amar ma’ruf juga pasti berat. Begitu pula shalat di dalamnya pun ada masyaqqoh karena AllahTa’ala berfirman,
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'.” (QS. Al Baqarah: 45). Namunmasyaqqoh di sini tidak mesti selalu ada. Atau masyaqqoh itu masih mampu dipikul, atau pula masyaqqoh tersebut masih kalah dengan maslahat yang lebih besar.
3- Masyaqqoh itu tidak ada patokannya.
Jadi kaedah yang lebih tepat adalah,
العُسْرُ سَبَبٌ لِلتَّيْسِيْر
Kesulitan sebab datangnya kemudahan.
Atau seperti ibarat yang diungkapkan oleh Imam Asy Syafi’i dalam Al Umm,
إِذَا ضَاقَ الأَمْرُ اِتَّسَعَ
Jika perkara itu sempit, maka jadilah lapang.
Kesulitan Apa Saja yang Mendatangkan Kemudahan?
1- Sakit: ada keringanan untuk tidak puasa.
2- Safar: menyebabkan bolehnya mengqoshor shalat (mengerjakan shalat 4 raka’at menjadi 2 raka’at).
3- Naqsh (kekurangan): orang yang gila dan anak kecil ada keringanan dalam beberapa hukum syari’at yang tidak diwajibkan bagi mereka; wanita haidh gugur dalam melaksanakan shalat dan thowaf wada’.
4- Karena tidak tahu, dipaksa, keliru, maka dimaafkan.
Bukan Menyusahkan Diri
Perlu dipahami bahwa syari’at tidaklah memaksudkan kita bersusah-susah dalam ibadah. Jadi janganlah kesusahan itu yang dicari. Kalau bisa mudah dilakukan, janganlah dipersulit. Misalnya jika ada yang ingin berhaji dengan berjalan kaki dari negerinya, maka ini tidak dituntut oleh syari’at karena ada sarana yang mudah yang bisa ditempuh.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pahala yang engkau peroleh sesuai kadar kesusahanmu.” (Muttafaqun ‘alaih). Yang dimaksud di sini, kita harus mencari kepayahan dalam beribadah. Yang mendapatkan pahala adalah kecapekan yang dihasilkan dari ibadah yang tidak dicari-cari oleh hamba.
Cara Syari’at Memberi Kemudahan
Syari’at dalam memberi kemudahan menempuh beberapa cara, di antaranya:
  • -          Menggugurkan suatu yang wajib. Contoh: Gugurnya shalat bagi wanita haidh.
  • -          Mengurangi suatu yang wajib. Contoh: Shalat bagi musafir dengan cara diqoshor.
  • -          Mengganti wajib dengan yang lain. Contoh: Tayamum sebagai ganti dari wudhu.
  • -          Mendahulukan yang wajib. Contoh: Mendahulukan zakat (sedekah wajib), mendahulukan shalat Jama’ah.
  • -          Mengakhirkan yang wajib. Contoh: Musafir mengqodho’ puasa setelah Ramadhan.
Semoga Allah senantiasa memberikan kepada kita ilmu yang bermanfaat. Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.

Referensi:
Al Qowa’idul Fiqhiyah, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, terbitan Darul Haromain, tahun 1420 H.
Syarh Al Manzhumatus Sa’diyah fil Qowa’id Al Fiqhiyyah, Syaikh Dr. Sa’ad bin Nashir bin ‘Abdul ‘Aziz Asy Syatsri, terbitan Dar Kanuz Isybiliya, cetakan kedua, 1426 H.

@ Sakan 27, Jami’ah Malik Su’ud, Riyadh-KSA, 11 Muharram 1434 H

Melakukan yang haram saat Darurat

Melanjutkan pelajaran Rumaysho.com mengenai kaedah fikih, saat ini kita telah masuk pada kaedah yang disampaikan oleh Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di. Kaedah sebelumnya adalah kaedah ‘kewajiban menjadi gugur ketika tidak mampu’. Sedangkan pertemuan kali ini kita akan membahas kaedah yang masih terkait yaitu keadaan darurat membolehkan sesuatu yang terlarang. Kaedah ini sebenarnya sudah disinggung sebelumnya dalam tulisan di sini. Tulisan kali ini akan melengkapi tulisan tersebut, sekaligus menambah dari ulama lainnya.
Syaikh As Sa’di rahimahullah berkata dalam bait syairnya,
وَ لاَ مُحَرَّمٌ مَعَ اِضْطِرَارٍ
Tidak ada yang diharamkan di saat darurat.
Para fuqoha lainnya mengungkapkan kaedah di atas dengan perkataan,
الضَّرُوْرَاتُ تُبِيْحُ المحْظُوْرَات
Keadaan darurat membolehkan suatu yang terlarang.”
Dalil Kaedah
Allah Ta’ala berfirman,
فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ
Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya.” (QS. Al Baqarah: 173).
وَقَدْ فَصَّلَ لَكُمْ مَا حَرَّمَ عَلَيْكُمْ إِلَّا مَا اضْطُرِرْتُمْ إِلَيْهِ
Padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya.” (QS. Al An’am: 119). Ayat pertama, berkaitan dengan makanan. Ayat kedua, sifatnya lebih umum.
Syarat Kaedah
Sebagian orang mencari keringanan dalam hukum syar’i dengan mengakal-akali kaedah ini. Padahal ada syarat-syarat yang mesti diperhatikan. Syarat-syarat tersebut adalah:
1- Dipastikan bahwa dengan melakukan yang haram dapat menghilangkan dhoror (bahaya). Jika tidak bisa dipastikan demikian, maka tidak boleh seenaknya menerjang yang haram. Contoh: Ada yang haus dan ingin minum khomr. Perlu diketahui bahwa khomr itu tidak bisa menghilangkan rasa haus. Sehingga meminum khomr tidak bisa dijadikan alasan untuk menghilangkan dhoror (bahaya).
2- Tidak ada jalan lain kecuali dengan menerjang larangan demi hilangnya dhoror. Contoh: Ada wanita yang sakit, ada dokter perempuan dan dokter laki-laki. Selama ada dokter wanita, maka tidak bisa beralih pada dokter laki-laki. Karena saat itu bukan darurat.
3- Haram yang diterjang lebih ringan dari bahaya yang akan menimpa.
4- Yakin akan memperoleh dhoror (bahaya), bukan hanya sekedar sangkaan atau yang nantinya terjadi.
Bedakan Darurat dan Hajat
Al muharram yang disebutkan dalam kaedah di atas adalah suatu yang dilarang oleh syari’at. Sedangkan yang dimaksud dengan “dhoruroh” atau darurat adalah suatu perkara yang jika seseorang meninggalkannya, maka ia akan tertimpa bahaya dan tidak ada yang bisa menggantikannya. Inilah yang dimaksud dengan darurat menurut pendapat yang tepat. Sedangkan ada pula istilah “hajat”, yang dimaksud adalah sesuatu yang bila ditinggalkan, maka bisa mendatangkan bahaya, akan tetapi masih bisa diganti dengan yang lain.
Contoh dhoruroh: Jika seseorang terpaksa harus makan dan tidak ada makanan selain bangkai. Seandainya ia tidak makan bangkai, ia bisa terkena bahaya dan tidak ada pengganti kala itu.
Contoh hajat: Diterangkan dalam suatu riwayat bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallampernah menambah bejana (wadah) dengan perak. Padahal bisa saja wadah tersebut ditambal dengan besi atau kuningan dan lainnya. Beliau melakukan seperti itu karena adanya hajat.
Jadi, kaedah yang berlaku adalah “keadaan darurat membolehkan sesuatu yang terlarang”, sedangkan keadaan hajat tidak demikian kecuali jika ada dalil.
Istilah Lain: Manfa’at, Ziinah dan Fudhul
Ada juga istilah yang berkaitan yang baik untuk dipahami:
1-      Al manfa’ah (manfaat): sesuatu yang jika dilakukan akan mendapatkan manfaat dan jika ditinggalkan tidak mendapatkan dhoror (bahaya).
2-      Az ziinah (perhiasan atau kemewahan): sesuatu yang jika dilakukan akan mendapatkan manfaat, dan jika tidak ada -sedikit atau banyak-, maka tidak mendapatkan bahaya.
3-      Al fudhuul (sesuatu yang berlebihan): sesuatu yang jika secara sendirian (sedikit), maka tidak menimbulkan dhoror (bahaya), dan jika banyak, maka menimbulkan dhoror(bahaya).
Wallahul muwaffiq.

Referensi:
Syarh Al Manzhumatus Sa’diyah fil Qowa’id Al Fiqhiyyah, Syaikh Dr. Sa’ad bin Nashir bin ‘Abdul ‘Aziz Asy Syatsri, terbitan Dar Kanuz Isybiliya, cetakan kedua, 1426 H.
Qowaid Muhimmah wa Fawaid Jammah, karya Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, terbitan Maktabah Al Imam Ibnul Qayyim, cetakan pertama, 1433 H.

@ Sakan 27, Jami’ah Malik Su’ud, Riyadh-KSA, 25 Muharram 1434 H

Balasan Kebaikan dan keburukan

Setiap kebaikan yang dilakukan walau hanya sebesar dzarrah (kecil) akan dibalas, begitu pula yang beramal kejelekan walau kecil akan dibalas. Dan perlu diketahui bahwa kejadian pada hari kiamat begitu dahsyat, manusia akan terheran-heran kenapa bumi yang biasa tenang jadi bergoncang.
 Allah Ta'ala berfirman,
إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا (1) وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا (2) وَقَالَ الْإِنْسَانُ مَا لَهَا (3) يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا (4) بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا (5) يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتًا لِيُرَوْا أَعْمَالَهُمْ (6
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (7) وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ (8)
"Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (menjadi begini)?", pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Rabbmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikansekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatansekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula." (QS. Al Zalzalah: 1-8)
Dalam surat ini, Allah mengabarkan apa yang terjadi pada hari kiamat di mana saat itu bumi bergoncang begitu dahsyatnya dan meruntuhkan segala yang ada di atasnya. Juga akan diterangkan bagaimanakah setiap amalan baik dan jelek akan menuai balasannya.
Bumi Bergoncang
Ibnu 'Abbas berkata mengenai ayat,
إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا
"Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat)", maksudnya adalah bumi bergoncang dari bawahnya. (Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, 7: 627).
Hal ini sebagaimana firman Allah dalam surat lainnya,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ إِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيمٌ
"Hai manusia, bertakwalah kepada Rabbmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat)." (QS. Al Hajj: 1).
Bumi Mengeluarkan Isinya
Dalam ayat selanjutnya disebutkan,
وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا
"Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya." Para ulama katakan bahwa ayat tersebut berarti bumi mengeluarkan mayit yang ada di dalamnyaLihat Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, 9: 627.
Hal ini semisal dengan ayat,
وَإِذَا الْأَرْضُ مُدَّتْ (3) وَأَلْقَتْ مَا فِيهَا وَتَخَلَّتْ (4
"Dan apabila bumi diratakan, dan dilemparkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong." (QS. Al Insyiqaq: 3-4).
Apa yang Sebenarnya Terjadi dengan Bumi?
Allah Ta'ala berfirman,
وَقَالَ الْإِنْسَانُ مَا لَهَا
"Dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (menjadi begini)?" Maksudnya di sini sebagaimana disampaikan oleh Ibnu Katsir, bumi sebelumnya dalam keadaan tenang lalu berubah keadaannya menjadi bergoncang. Itu sudah jadi ketentuan Allah, tidak ada yang bisa menolaknya. Ketika bergoncang, keluarlah berbagai mayit dari orang terdahulu dan orang belakangan.
Bumi Berbicara ...
Ketika itu bumi pun berbicara,
يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا (4) بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا (5)
"Pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Rabbmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya."
Syaikh As Sa'di rahimahullah menerangkan, "Bumi menjadi saksi bagi setiap orang yang telah beramal dahulu di atasnya. Bumi dahulu telah menjadi saksi amalan setiap hamba. Dan Allah memerintahkan untuk memberitahukan amalan-amalan manusia, perintah ini harus dijalankan (jangan didurhakai)." (Taisir Al Karimir Rahman, hal. 932).
Bumi Menjadi Saksi bagi Orang yang Rajin Berdzikir
Ibnul Qayyim berkata, "Orang yang senantiasa berdzikir di jalan, di rumah, di lahan yang hijau, ketika safar, atau di berbagai tempat, itu akan membuatnya mendapatkan banyak saksi di hari kiamat. Karena tempat-tempat tadi, semisal gunung dan tanah, akan menjadi saksi baginya di hari kiamat. Kita dapat melihat hal ini pada firman Allah Ta’ala,
إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا (1) وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا (2) وَقَالَ الْإِنْسَانُ مَا لَهَا (3) يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا (4) بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا (5
"Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (menjadi begini)?", pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya.” (QS. Az Zalzalah: 1-5)". Lihat Al Wabilush Shoyyib, hal. 197.
Manusia Keluar ...
Allah Ta'ala berfirman,
يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتًا لِيُرَوْا أَعْمَالَهُمْ
"Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka." Maksudnya adalah pada hari kiamat, manusia dikeluarkan dari bumi dalam keadaan beraneka ragam lalu ditampakkan kebaikan dan kejelekan yang pernah mereka lakukan, kemudian mereka akan melihat balasannya.
Balasan bagi yang Berbuat Baik dan yang Berbuat Jelek
Allah Ta'ala berfirman,
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (7) وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ (8)
"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula."
Ini adalah balasan bagi yang berbuat baik dan jelek. Walau yang dilakukan adalah sebesar dzarrah (ukuran yang kecil atau sepele), maka itu akan dibalas. Tentu lebih pantas lagi jika ada yang beramal lebih dari itu dan akan dibalas. Allah Ta'ala berfirman,
يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُحْضَرًا وَمَا عَمِلَتْ مِنْ سُوءٍ تَوَدُّ لَوْ أَنَّ بَيْنَهَا وَبَيْنَهُ أَمَدًا بَعِيدًا
"Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh." (QS. Ali Imran: 30).
وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا
"Dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis)." (QS. Al Kahfi: 49).
Kata Syaikh 'Abdurrahman bin Nashir As Sa'di rahimahullah, "Ayat ini memotivasi untuk beramal baik walau sedikit. Begitu pula menunjukkan ancaman bagi yang beramal jelek walau itu kecil." (Taisir Al Karimir Rahman, hal. 932).
Hanya Allah yang memberi taufik untuk mengingat hari akhir dan memberi petunjuk beramal sholeh.

Referensi:
Taisir Al Karimir Rahman fii Tafsiril Kalamil Mannan, Syaikh 'Abdurrahman bin Nashir As Sa'di, terbitan Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, tahun 1423 H.
Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, Ibnu Katsir, terbitan Dar Ibnul Jauzi, cetakan pertama, tahun 1431 H.
Al Wabilush Shoyyib, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, terbitan Dar 'Alamil Fawaid, cetakan ketiga, tahun 1433 H.

kebaikan di dunia untuk orang muslim

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

سْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم

Segala puji bagi Allah, Tuhan sekelian alam. Selawat serta salam buat junjungan mulia Nabi Muhammad SAW keluarga serta para sahabat dan pengikut yang istiqamah menuruti baginda hingga ke hari kiamat.

Sahabat yang dirahmati Allah,
Setiap manusia akan melalui lima fasa alam, bermula daipada alam roh, alam kandungan ibu, alam dunia, alam barzakh dan alam akhirat.

Semasa di dalam alam roh (alam arwah) Allah S.W.T berfirman dalam Surah al-'Araf ayat 172 yang bermaksud, "Tidakkah Aku ini Tuhan kamu? Mereka menjawab, 'bahkan kami menyaksikan'." Kesemua roh makhluk telah membuat pengakuan kepada Allah S.W.T. bahawa mereka semuanya mengakui bahawa Tidak ada Tuhan lain melainkan Allah S.W.T.

Selepas berada di alam arwah, roh manusia pula di turunkan kebumi melalui perut kandungan ibu. Seperti hadis di bawah :

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud  r.a katanya:
“Rasulullah S.A.W.  telah menceritakan kepada kami sedang baginda adalah orang benar yang telah dibenarkan kata-katanya- sabdanya: 'Bahawa seseorang kamu dihimpunkan kejadiannya dalam perut ibunya selama 40 hari, kemudian dijadikan segumpal darah seumpamanya, kemudian dijadikan seketul daging seumpamanya, kemudian Allah mengutuskan seorang Malaikat untuk menulis empat kalimah  dan diarahkan agar menulis; amalannya, ajalnya, rezekinya dan untung jahat atau untung baik, kemudian ditiupkan rohnya…”. (Hadis Sahih Riwayat Bukhari)

Firman Allah S.W.T. maksudnya : “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari “pati” (yang berasal) dari tanah; Kemudian Kami jadikan pati itu (setitis) air mani pada penetapan yang kukuh; Kemudian Kami ciptakan air mani itu menjadi segumpal darah beku lalu Kami ciptakan darah beku itu menjadi seketul daging; kemudian Kami ciptakan daging itu menjadi beberapa tulang; kemudian Kami balut tulang-tulang itu dengan daging. Setelah sempurna kejadian itu Kami bentuk ia menjadi makhluk yang lain sifat keadaannya. Maka nyatalah kelebihan dan ketinggian Allah sebaik-baik Pencipta”.
(Surah al-Mukminun ayat 12-14).

Apabila manusia dilahirkan di dunia ini maka bermulalah tanggungjawab manusia kepada Allah apabila mencapai umur akil baligh. Manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah ibu bapanyalah yang akan membentuk anak tersebut samaada menjadi Yahudi, Nasrani, Majusi atau Islam.

Sabda Rasulullah S.A.W. maksudnya : "Anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka ibu bapanyalah yang menyahudikannya, atau menasranikannya atau memajusikankannya."

Manusia dilahirkan kedunia adalah untuk menyembah Allah S.W.T.

Firman Allah S.W.T. maksudnya : "Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku" (Surah az-Zariyat ayat 56)

Setelah manusia faham bahawa hidup di dunia ini hanyalah untuk mengabdikan diri kepada Allah S.W.T. kemudian manusia melaksanakan pula tanggungjawabnya sebagai khalifah dimuka bumi ini iaitu memakmurkan muka bumi Allah S.W.T. ini dengan kebaikan.

Allah S.W.T. berfirman tentang kriteria khalifah-Nya yang bermaksud :
"Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan beramal soleh (kebaikan), bahwa Dia akan menjadikan mereka sebagai khalifah di bumi, Sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka sebagai khalifah. Sesungguhnya Dia akan meneguhkan bagi mereka agama mereka, yang telah diredai-Nya untuk mereka, serta Dia benar-benar akan mengubah (keadaan) mereka menjadi aman setelah mereka ketakutan. Mereka akan menyembah-Ku dan tidak menyekutukan apapun dengan-Ku. Dan barang siapa kafir setelah itu, maka mereka adalah orang-orang yang fasik." (Surah an-Nur ayat 55).

Pada ayat tersebut, jelas sekali Allah berjanji akan menjadikan hamba-hamba-Nya sebagai khalifah yang akan menguasai dan memimpin dunia. Tetapi janji itu akan ditepati-Nya bagi manusia yang beriman dan beramal kebaikan. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa kriteria lain dari seorang khalifatullah adalah iman dan amal soleh.

Terdapat 14 ciri-ciri kebaikan di dunia ini yang dikurniakan Allah S.W.T kepada orang-orang mukmin sebagai bekalan untuk dia melaksanakan fungsi sebagai khalifah Allah (pemimpin) di dunia ini dengan adanya kebaikan ini akan menjadi bekalan untuk dua alam lagi iaitu alam barzakh dan hari akhirat.

Ciri-ciri tersebut adalah seperti berikut :

1. Mendapat taufik dan hidayah Allah SWT.

Orang yang mendapat taufik dan hidayah ertinya dia seorang yang dibantu oleh Allah untuk mengamalkan Islam. Islam bererti selamat. Orang Islam kalau kekal mendapat taufik dan hidayah dari Allah, akan selamat di dunia dan akhirat.

Sabda Rasulullah SAW : "Sungguh beruntung orang yang beragama Islam…" (Hadis Riwayat Muslim)

Dari Abi Zar r.a., Rasulullah SAW bersabda, (Hadis qudsi) "Firman Allah Taala: 'Wahai hamba-hamba-Ku, Aku telah haramkan ke ats diri-Ku kezaliman dan Aku jadikan kezaliman itu juga haram ke ats kamu semua maka janganlah berlaku zalim sesama sendiri.

Wahai hamba-hamba-Ku, semua kamu adalah sesat kecuali orang-orang yang mendapat petunjuk-Ku, maka mintalah hidayah daripada-Ku, nescaya akan Aku berikan.

Wahai hamba-hamba-Ku semua kamu adalah dalam kelaparan kecuali orang yang mendapat makanan daripada-Ku, maka mintalah daripada-Ku nescaya Aku berikan kepadamu.

Wahai hamba-hamba-Ku semua kamu adalah tidak berpakaian kecuali orang yang Aku berikan kepadanya pakaian, maka mintalah daripada-Ku nescaya akan Aku berikan.

Wahai hamba-hamba-Ku, kamu semua melakukan salah dan silap setiap masa dan Aku adalah pengampun dosa-dosa, maka pohonlah keampunan daripada-Ku nescaya Aku akan ampunkan...'." (Hadis Riwayat Muslim)

2. Diberi kefahaman dalam agama.

Untuk amalkan Islam perlukan kefahaman. Siapa yang diberi kefahaman tentang Islam juga dikira telah mendapat kebaikan di dunia. Orang Islam yang tidak diberi kefahaman tentang Islam oleh Allah SWT akan mengamalkan apa yang disangkanya dari ajaran Islam tetapi sebenarnya menyeleweng dari Islam. Hidupnya tak akan benar-benar selamat dan tidak mampu menyelamatkan orang lain.

Sabda Rasulullah SAW maksudnya : "Barangsiapa yang Allah menghendaki kebaikan kepadanya, Dia akan menjadikannya faham dalam agama." (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)

3. Dapat berbuat amalan soleh.

Dengan kefahaman agama yang Allah SWT beri, seseorang itu dapat berbuat amal soleh. Ini juga merupakan kebaikan di dunia kerana hidup akan terisi perkara baik dan tidak terumbang-ambing.

Firman Allah SWT yang bermaksud: "Katakanlah: 'Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperolehi 'hasanah' (kebaikan). Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas'." (Surah Az-Zumar ayat 10)

4. Mendapat ilmu yang bermanfaat.

Ilmu yang bermanfaat adalah panduan untuk mengisi hidup dengan perkara-perkara baik dan selamat. Sebab itu Rasulullah SAW berdoa yang bermaksud : "Ya Allah ya Tuhanku, berikanlah manfaat kepadaku dari apa-apa Engkau ajarkan kepadaku dan ajarkan daku apa-apa yang bermanfaat buat diriku." (Hadis Riwayat at-Tabrani)

Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: "Sesiapa yang berkehendakkan dunia maka hendaklah ia berilmu, sesiapa yang berkehendakkan akhirat maka hendaklah ia berilmu dan sesiapa yang berkehendakkan kedua-duanya maka hendaklah ia berilmu."
(Hadis Riwayat Tirmidzi)

Ilmu pengetahuan menurut Islam sama ada yang berunsur keduniaan mahupun keakhiratan adalah bersifat sepadu (integrated) dan saling berhubung di antara satu sama lain. Berasaskan pegangan inilah maka kehidupan dunia akan dapat dijadikan persediaan untuk kehidupan di akhirat.

Ilmu terbahagi kepada dua iaitu ilmu naqliyah (fardu ain) yang berteraskan wahyu seperti akidah, syariah dan akhlak dan ilmu akliyah (fardu kifayah) iaitu ilmu yang pada zahirnya dipandu oleh akal bagi memperolehi kejayaan dan kemajuan duniawi. Kedua-dua jenis ilmu ini bersepadu bagi mencapai satu matlamat iaitu keredaan Allah SWT.

Islam menggalakkan umatnya memiliki seberapa banyak ilmu dalam usaha mencari kehidupan yang baik dan sempurna disamping memajukan masyarakat menurut lunas-lunas yang dibenarkan oleh Islam.

5. Mendapat isteri yang solehah.

Kebahagiaan hidup adalah perkara yang semua orang impikan. Kebahagiaan selalunya bermula di rumah. Siapa yang mendapat pasangan hidup yang baik patut bersyukur kerana di situlah tanda kebahagiaannya. Isteri atau suami yang baik ini juga membantu seseorang mendekatkan diri kepada Allah SWT. Itulah antara kebaikan di dunia buatnya.

Sabda Rasulullah SAW maksudnya : "Empat dari tanda-tanda kebahagiaan seseorang: Isterinya solehah, anak-anaknya abrar (soleh), teman-temannya orang soleh dan sumber rezekinya di negerinya sendiri." (Hadis Riwayat ad-Dailami dari Ali r.a.)

Rasulullah SAW bersabda yang maksudnya:“Sebaik-baik isteri ialah yang dapat menyenangkan hati suaminya apabila engkau (suami) melihatnya dan apabila disuruh dia menurut perintahmu, dan dia dapat menjaga kehormatan dirinya dan hartamu ketika engkau tiada di rumah.”(Hadis Riwayat Thabrani)

Rasulullah SAW bersabda yang maksudnya: "Apabila seseorang isteri meninggal dunia dan suaminya reda kepadanya, maka ia akan masuk syurga." (Hadis Riwayat Tirmidzi dan Ibn Majah)

Islam telah menggariskan peranan suami dan isteri dengan jelas di mana suami mestilah bersedia untuk mentadbir rumah tangga dan isteri pula mestilah bersedia untuk mentaati perintah suami.

Syurga anak adalah di telapak kaki ibunya manakala syurga isteri adalah apabila taatkan suaminya. Taat di sini bererti patuh kepada perintah dan kehendak suami kecuali apabila suami menyuruh melakukan dosa. Ia menduduki tempat kedua selepas taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

Ketaatan isteri berkait rapat dengan keperibadian suami di mana kuasa suami bukan terletak pada kekuatan fizikalnya tetapi terletak pada iman, ilmu dan kesabarannya. Dengan demikian barulah kepimpinannya menjadi lebih mantap dan dihormati isteri.

Kunci kerukunan rumah tangga adalah persefahaman antara suami isteri. Oleh itu Islam telah menyarankan bahawa dalam mencari isteri idaman hendaklah dari kalangan wanita yang mempunyai empat ciri seperti berketurunan baik, elok paras rupanya, berharta, dan kuat pegangan agamanya.

Namun yang perlu diutamakan adalah yang solehah (beriman) agar mudah untuk dididik dan beberapa masalah rumah tangga dapat dielakkan seperti isteri nusyuz dan sebagainya.

Setiap wanita Islam hendaklah menyedari tentang hak-haknya yang telah digariskan oleh syarak agar tidak berlaku kekeliruan dalam mentaati suami sehingga menjadi mangsa penderaan oleh suami yang tidak bertanggungjwab.

Oleh itu seorang isteri yang solehah adalah yang mencakupi erti kata wanita yang berilmu dan beriman. Dengan demikian rumah tangga akan sentiasa aman dan bahagia.

Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW telah bersabda yang bermaksud : "Empat perkara yang membawa kebahagiaan iaitu wanita yang solehah, rumah yang luas, jiran yang baik dan kenderaan yang selesa." (Hadis Riwayat Ibnu Hibban)

Namun ada juga orang yang Allah SWT beri kebaikan walaupun tidak mendapat pasangan hidup yang soleh atau solehah. Buat mereka Allah SWT kurniakan pahala sabar dalam mendidik atau sabar dalam menghadapi kerenah pasangannya.

6. Mendapat zuriat penyejuk hati.

Betapa sejuknya hati kalau anak-anak taat, hormat dan tahu berbakti. Tanpa tiga perkara ini, tidak ada erti kepandaian, kedudukan dan jawatan tinggi yang dibangga-banggakan pada anak. Anak yang soleh (baik) akan terus memberi manfaat setelah kematian kita. Pahala amalan baiknya hasil didikan kita terus mengalir kepada kita dan kita juga menerima kebaikan dari doa mereka.

Nabi SAW bersabda maksudnya : "Apabila seorang anak Adam itu meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara iaitu sedekah jariah, ilmu yang bermanafaat dan doa anak soleh yang mendoakannya." (Hadis Riwayat Muslim)

Untuk melahirkan anak-anak yang soleh dan penyejuk hati perlulah kepada empat elemen iaitu isteri yang solehah (menjadi ibu yang solehah mendidk anak-anak) , rumah yang luas (susana tarbiah berlaku dirumah), jiran yang baik (akan mempengaruhi peribadi anak-anak) dan kenderaan yang baik (keselesaan dalam kehidupan harian). Kehidupan yang selesa adalah suatu bentuk kehidupan yang dialu-alukan oleh Islam di mana kehidupan yang sempurna memerlukan empat elemen di atas seperti hadis Nabi SAW yang bermaksud :
"Empat perkara yang membawa kebahagiaan iaitu wanita yang solehah, rumah yang luas, jiran yang baik dan kenderaan yang selesa." (Hadis Riwayat Ibnu Hibban)

Wanita yang solehah-iaitu isteri yang baik juga akan menjadi ibu yang solehah yang dapat menguruskan keluarga dan rumahtangga dengan sempurna. Rumah yang luas yang boleh memberikan keselesaan untuk bermesra dengan keluarga dan anak-anak di samping dapat melapangkan fikiran dengan baik dan tenang.

Jiran yang baik kerana jiran merupakan orang yang paling rapat selepas sanak saudara dan keluarga. Jiran yang baik dapat menjamin keharmonian hidup bermasyarakat sehinggakan ikatan kejiranan itu boleh bertukar seakan-akan sebuah kelurga yang kasih-mengasihi dan saling mengambil berat di antara satu sama lain. Kenderaan yang selesa kerana ia memberikan kemudahan dalam segala urusan.

Antara tabiat buruk yang mengancam kebahagiaan hidup ialah berfoya-foya dengan kehidupan mewah, boros harta dan membazir ketika berbelanja.

Tabiat ini sering disebut dalam al-Quran sebagai punca kehancuran beberapa umat yang terdahulu.

Kemewahan hidup berbeza antara satu zaman dengan zaman yang lain, mungkin mewah pada suatu ketika dahulu, tidak dianggap mewah pada hari ini, kerana perbezaan masa, suasana dan pendapatan menjadikan ukuran kemewahan turut berbeza.

7. Mendapat sahabat-sahabat yang soleh.

Nabi SAW bersabda maksudnya : “Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang soleh dan orang yang buruk adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak wangi dan tukang besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak wangi olehnya, engkau boleh membeli darinya atau sekurang-kurangnya dapat baunya. Adapun berteman dengan tukang besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, paling kurang engkau dapat baunya yang tidak elok.” (Hadis Riwayat Bukhari dari Abu Musa.)

Perkara ini juga disebut dalam hadis sebagai tanda kebahagiaan. Sahabat yang baik akan tegur kesalahan kita dan mengajak kita buat baik. Sahabat yang soleh atau solehah ini akan bawa kita ke jalan hidup selamat. Mereka tempat berkongsi masalah dan kegagalan, bukan hanya berkongsi senang dan kejayaan.

Rasulullah SAW bersabda, maksudnya, "Manusia yang paling dikasihi Allah ialah orang yang memberi manfaat kepada orang lain dan amalan yang paling disukai oleh Allah ialah menggembirakan hati orang-orang Islam atau menghilangkan kesusahan daripadanya atau menunaikan keperluan hidupnya di dunia atau memberi makan orang yang lapar.

Perjalananku bersama saudaraku yang muslim untuk menunaikan hajatnya, adalah lebih aku sukai daripada aku beriktikaf di dalam masjid ini selama sebulan, dan sesiapa yang menahan kemarahannya sekalipun ia mampu untuk membalasnya nescaya Allah akan memenuhi keredaannya di dalam hatinya pada hari Qiamat, dan sesiapa yang berjalan bersama-sama saudaranya yang Islam untuk menunaikan hajat saudaranya itu hinggalah selesai hajatnya nescaya Allah akan tetapkan kakinya (ketika melalui pada hari Qiamat) dan sesungguhnya akhlak yang buruk akan merosakkan amalan seperti cuka merosakkan madu." (Hadis Riwayat Ibnu Abi Dunya)

Berbuat baik dan memberi keselesaan kepada orang lain akan diganjari Allah dengan balasan yang berlipat ganda sama ada berupa pahala, kebaikan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Semua ini akan dapat dilakukan sekiranya seseorang itu mempunyai keimanan dan keikhlasan di hatinya sehingga segala tindakan-tindakan yang dilakukannya sentiasa melahirkan kebaikan pada dirinya dan dalam hubungannya dengan orang lain serta masyarakat di sekelilingnya.

8. Kesihatan, kesejahteraan dan kelapangan.

Dengan kesihatan yang baik, banyak perkara dapat dilakukan dalam hidup ini. Orang mukmin memanfaatkan kesihatan untuk buat sebanyak mungkin kebaikan sebelum datangnya sakit. Kesihatan juga sering dikaitkan dengan kesejahteraan hidup.

Rasulullah SAW  berdoa yang bermaksud : "Ya Allah, ‘afiatkanlah tubuh badanku dan ‘afiatkanlah pendengaranku." (Hadis Riwayat Ibnu Syaibah)

Daripada Abdullah ibn Abbas r.a. katanya, Rasulullah SAW bersabda, "Dua jenis nikmat yang kebanyakan manusia menerima kerugian yang besar iaitu kesihatan dan kelapangan." (Hadis Riwayat Bukhari)

Seseorang itu hendaklah menjaga kesihatan yang mana kesihatan itu adalah satu nikmat daripada Allah, hendaklah digunakan masa sihat itu dengan amal kebajikan dan amalan saleh sebelum sakit. Seseorang itu janganlah mensia-siakan masa lapangnya terbiar begitu sahaja, ianya hendaklah digunakan untuk melakukan semua perintah Allah yang diredai.

Kedua nikmat sihat dan kelapangan itu adalah cubaan Allah SWT ke atas manusia. Oleh itu hendaklah digunakan masa sihat dan lapang itu untuk memerangi hawa nafsu. Sesiapa yang berjaya pasti akan mendapat kemenangan begitu juga sebaliknya.

9. Panjang umur di dalam ketaatan.

Setiap orang muslim diantara kita tentu menginginkan berumur panjang supaya bertambah kebaikannya. Seperti yang disabdakan oleh Rasulullah SAW tatkala baginda ditanya:  Siapakah orang yang paling baik itu? Baginda menjawab: “Iaitu orang yang panjang umurnya dan baik amalannya.” (Hadis Riwayat Tirmidzi dan Ahmad).

Hampir setiap orang mahu hidup lama, kecuali orang yang putus asa dengan hidup. Paling baik kalau dapat panjang umur sambil berbuat ketaatan kepada Allah SWT. Sabda Rasulullah SAW : "Sesungguhnya sehabis-habis kebahagiaan itu ialah panjang umur di dalam mentaati Allah." (Hadis Riwayat Khotib daripada Abdullah dari bapanya)

Rasulullah SAW bersabda, maksudnya: "Sesiapa yang mati pada masa ia dalam keadaan taatkan Allah, beramal soleh, maka ia dibangkitkan oleh Allah hidup kembali dengan keadaan yang menyukakannya; dan sesiapa yang mati pada masa ia dalam keadaan derhaka kepada Allah, berbuat jahat, maka ia dihidupkan kembali dengan keadaan yang mendukacitakannya." (Hadis Riwayat Jabir r.a.)

10. Mendapat rezeki yang halal.

Rasulullah SAW menekankan agar umatnya berusaha mendapatkan rezeki halal kerana ia akan memberkatkan hidup. Dalam satu hadis, baginda mengatakan bahawa mencari rezeki yang halal itu satu jihad. Malah sabdanya: "Amalan yang paling utama itu ialah mencari rezeki dari usaha yang halal." (Hadis Riwayat al-Hakim)

Dari Abdullah bin Amru bin ‘Ash r.a. katanya, Rasulullah SAW bersabda maksudnya : "Sungguh amat beruntunglah orang yang Islam (berserah diri) dan merasa cukup dengan apa yang direzekikan Allah serta berpada dengan apa yang diberikan-Nya." (Hadis Riwayat Muslim)

Rasulullah SAW telah menasihatkan kita agar melihat kepada orang yang di bawah. Jangan melihat kepada orang yang di atas (lebih bernasib baik) kerana yang demikian itu akan membuatkan kita menjadi tidak bersyukur. Namun itulah masalahnya yang berlaku pada setiap daripada kita. Sentiasa mengejar peluang yang lebih baik. Sentiasa mahukan yang lebih banyak. Tetapi ini bukan pula bererti bahawa kita tidak boleh mengejar yang lebih baik. Rezeki itu hak dan kepunyaan Allah. Maka bermohonlah kepada Yang Memiliki rezeki itu kerana tiada rezeki untuk kita tanpa ada keizinan daripada-Nya.

11. Beroleh keimanan dan ketakwaan.

Dengan iman dan takwa, seseorang itu mulia di sisi Allah dan di sisi manusia. Siapa yang tak sukakan kemuliaan? Sabda Rasulullah SAW maksudnya : "Semulia-mulia manusia adalah orang yang paling bertakwa di antara kamu." (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)

Baginda juga bersabda yang bermaksud : "Hendaklah kamu bertakwa, kerana ia merangkumi semua kebaikan." (Hadis Riwayat Abu Ya’ala)

Sabda Rasulullah SAW lagi yang bermaksud, "Sesungguhnya Allah mengasihi hambanya yang bersifat takwa, kaya jiwa serta tidak menonjolkan diri (merendah diri walaupun berpangkat tinggi)." (Hadis Riwayat Muslim)

Yang dimaksudkan dengan kaya di sini ialah kaya jiwa bukan kaya harta sebagaimana yang dinyatakan dalam hadis. Tiga perkara yang apabila dilakukan oleh seseorang maka ia dikasihi oleh Allah SWT ialah :1.Bertakwa, 2.  kaya jiwa (berakhlak mulia) dan 3. tidak menonjolkan diri.

Setiap umat Islam hendaklah sentiasa memperbaiki dirinya dari masa ke semasa dengan menanamkan tiga sifat tersebut diatas secara berperingkat-peringkat. Islam menyuruh umatnya supaya bertakwa kepada Allah dan mempunyai sifat-sifat yang mulia dan berbudi bahasa, jangan bersifat sombong, ego dan sebagainya yang boleh menjatuh dan merendahkan mertabat kemuliaan manusia itu sendiri.

12. Banyak mengingati Allah SWT.

Nikmat paling besar yang manusia cari-cari dalam hidup ialah nikmat ketenangan. Orang mukmin adalah orang yang hidupnya penuh ketenangan.

Firman-Nya: "...orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Sesungguhnya hanya dengan mengingati Allah itu, hati akan menjadi tenteram (tenang)." (Surah Ar-Ra’ad, ayat 28)

Sabda Rasulullah SAW maksudnya  : "Aku berpesan kepada kamu semua supaya mengingati Allah, kerana hal itu dapat menghiburkan hati kamu dari segala kesulitan duniawi." (Hadis Riwayat ad-Dailami)

Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud : "Tujuh golongan manusia yang akan diberi perlindungan oleh Allah dalam naungannya di hari yang tiada naungan melainkan perlindungan Allah itu sendiri iaitu: Imam (pemimpin) yang adil, pemuda yang sentiasa beribadat kepada Allah, lelaki yang hatinya sentiasa terpaut dengan masjid, dua orang yang saling cinta mencintai kerana Allah di mana keduanya berkumpul dan berpisah kerana Allah, seorang lelaki yang diajak oleh wanita rupawan serta berkedudukan tinggi untuk melakukan zina, lalu ia menjawab, “Aku takut kepada Allah”, seseorang yang bersedekah dengan sesuatu sedekah lalu menyembunyikan sedekahnya itu sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dibelanjakan oleh tangan kanannya, seseorang yang mengingati Allah di tempat yang sunyi lalu mengalir air matanya." (Hadis Riwayat at-Tirmidzi)

Orang yang mencintai Allah SWT dengan hati yang ikhlas semestinya akan merasa keagungan dan kebesaran Allah. Oleh itu di saat ia bertafakur kepada Allah akan keluarlah air mata kerinduan dan keinsafan dari dalam dirinya.

Dalam riwayat yang lain pula, Rasulullah SAW bersabda yang maksudnya : "Tanda cintakan Allah SWT ialah mengingati Allah SWT (zikrullah) dan tanda Allah SWT murka kepada hamba ialah dia tidak suka mengingati Allah." (Hadis Riwayat Baihaqi)

Ciri khas dalam akidah yang wajib ada dalam diri setiap individu adalah perasaan cintakan Allah kerana ia merupakan kayu ukur terpenting dalam menilai kualiti iman seorang muslim yang sebenar.

Antara sifat mereka ialah sentiasa merasa bahagia apabila mengingati Allah iaitu mereka banyak berzikir, mengerjakan sembahyang, membaca al-Quran dan sebagainya sebaliknya bagi orang yang tidak cintakan Allah, dia merasa bosan dan rimas apabila mendengar kalimah-kalimah Allah dan malas untuk berzikir (mengingati Allah) jauh sekali untuk beribadat kepada Allah.

Sesungguhnya orang yang selalu mengingati Allah (di kala senang mahupun susah) akan mendapat pemeliharaan daripada Allah SWT, kehidupannya sentiasa terkawal dan terpimpin, jalan hidupnya sentiasa sejahtera dan selamat.

Sebaliknya mereka yang lalai daripada mengingati Allah, kehidupannya akan didapati kosong, kecewa dan hampa.

13. Berjaya menyucikan jiwa dari mazmumah.

Hidup tak akan tenang jika hati penuh hasad dengki, tamak, takut, benci, keluh-kesah dan lain-lain sifat mazmumah. Tidak hairanlah dikatakan, orang yang bersih hatinya dari sifat mazmumah ini adalah orang yang mendapat kebaikan di dunia. Bila menghadapi musibah, dia sabar dan bersangka baik dengan Allah.

Misalnya jika ada orang terganggu dengan turunnya hujan pada waktu hujan itu ‘tak diperlukan’, dia sentiasa mencari hikmah di sebaliknya. Bila dapat nikmat pula, dia bersyukur. Hatinya tak pernah keluh-kesah. Firman Allah SWT maksudnya : "Sesungguhnya berjaya dan beruntunglah orang yang menyuci (membersihkan) jiwanya." (Surah Al-A’la, ayat 14)

14. Mati di dalam kebaikan (Husnul Khotimah).

Ini merupakan penutup segala kebaikan di dunia. Firman Allah SWT : "….demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa, (iaitu) orang-orang yang dimatikan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka) Salamun ‘Alaikum." (Surah An-Nahl, ayat 32)

Sabda Rasulullah SAW maksudnya  : "Sebaik-baik amalan itu ialah bahawa kamu berpisah dengan dunia ini sedangkan lidahmu basah berzikir kepada Allah." (Hadis Riwayat Abu Na’im)

Para ulama yang beramal dengan ilmunya melihat sesuatu dengan mata hati. Oleh itu, dalam senarai kebaikan di dunia yang mereka turunkan di atas, tidak ada perkara-perkara berbentuk nikmat zahir semata-mata. Misalnya mereka tidak kata kebaikan di dunia itu ada pada rumah besar, kedudukan tinggi, isteri cantik, duit banyak, nama popular, kenderaan mewah dan lain-lain yang sering kita buru hari ini. Semua ini tidak ada dalam senarai para ulama. Bermakna, mendapat semua itu belum bererti mendapat kebaikan yang hakiki.

Kebaikan di dunia itu sebenarnya milik hamba-hamba Allah yang taat – hamba yang lebih utamakan akhirat dari dunia. Dalam surah an-Nahl ayat 122 dinyatakan bahawa Allah telah mengurniakan kepada Nabi Ibrahim a.s. hasanah (kebaikan) di atas kehidupan dunia.

Ayat ini menjadi dalil bahawa ada kebaikan duniawi yang Allah akan beri kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendaki. Walaupun mengutamakan akhirat, Allah akan dahulukan bermacam-macam kebaikan buat mereka di dunia lagi. Dan segala kebaikan itu pula bermanfaat untuk akhirat mereka.

Firman Allah S.W.T. maksudnya : "Maka di antara manusia ada yang berdoa : 'Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia', dan di akhirat dia tidak memperoleh bahagian apa pun. Dan di antara mereka ada yang berdoa :  'Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka' ."
(Surah al-Baqarah ayat  200-201)

Sahabat yang dikasihi,
Marilah kita sama-sama kita jadikan kebaikan hidup di dunia ini untuk mencapai kebahagiaan kita di hari akhirat. Kita tidak mahu berbahagia semata-mata di dunia sahaja, kerana kehidupan yang sebenarnya dan kehidupan di hari akhirat yang mendapat balasan syurga