sumber : http://kisahislam.net/2013/07/19/ringkasan-bidayah-wan-nihayah-kisah-nabiyullah-yunus-alaihis-salam/
Allah mengutus Yunus ‘alaihissalam kepada penduduk Nainawa, di bumi al-Mushil. Yunus menyeru mereka agar beribadah hanya kepada Allah namun mereka mendustakannya. Ketika pendustaan mereka itu berlangsung lama, Yunus pun pergi meninggalkan mereka serta memberikan janji kepada mereka akan datangnya adzab setelah tiga hari kemudian. Manakala Yunus keluar meninggalkan mereka dan mereka yakin bahwa adzab benar-benar akan turun kepada mereka, Allah memberi mereka taufiq untuk bertaubat dan kembali kepadaNya. Mereka menyesal atas sikap mereka selama ini kepada Nabi mereka. Mereka pun mengenakan pakaian dari tenunan. kasar (pakaian ibadah), memohon dengan harap kepada Allah serta menundukkan diri di hadapan-Nya. Mereka semua menangis, baik dari kalangan laki-laki maupun wanita, anak laki-laki atau pun anak perempuan serta para ibu. Binatang ternak, unta dan anaknya, sapi dan anaknya, kambing dan anaknya pun ikut bersuara. Saat itu kondisinya amat memilukan.
Dengan daya, kekuatan, kasih sayang, dan rahmat-Nya, Allah menahan adzab dari mereka (yang semestinya menimpa). Mereka pada waktu itu berjumlah seratus ribu orang. Namun para ulama berbeda pendapat mengenai kelebihan dari seratus ribu orang tersebut. Selain itu, mereka juga berbeda pendapat apakah Yunus diutus kepada mereka sebelum ia berada di perut ikan hiu ataukah sesudahnya? Maksudnya, setelah Yunus ‘alaihissalam pergi dalam keadaan marah karena perbuatan kaumnya, maka ia pun menaiki kapal. Kapal pun terombang-ambing dan merasakan beban yang berat, sehingga kapal hampir karam. Para penumpang lantas bermusyawarah untuk diadakan undian. Bagi siapa saja yang keluar undiannya, maka mereka akan melemparkannya dari kapal sehingga beban kapal berkurang. Ketika undian dilakukan, maka undian tersebut jatuh kepada Nabiyullah, Yunus. Namun mereka tidak mengizinkan bila Yanus diceburkan ke laut. Mereka pun mengulangi undian, namun kembali nama Yunus yang keluar.
Yunus pun bersiap-siap melepas pakaiannya dan bersiap-siap menceburkan dirinya ke laut. Namun, mereka menolak perbuatannya itu. Kemudian mereka mengulangi undian. Lagi-lagi undian jatuh kepada Yunus, lantaran Allah menghendaki suatu hal yang besar darinya. Setelah itu, Yunus pun di lempar ke laut. Lalu Allah mengutus ikan hiu besar dan menelannya. Allah memerintahkan kepada ikan tersebut untuk tidak memakan dagingnya dan meremukkan tulangnya, Yunus bukanlah rezeki baginya. Lalu ikan tersebut membawa Yunus berkeliling di lautan.
Setelah Yunus berada di perut ikan hiu tersebut, ia menyangka bahwa dirinya telah mati. Maka ia mencoba menggerak-gerakkan anggota badannya, dan anggota-anggota badannya pun bergerak. Ternyata ia mendapatkan dirinya masih hidup, maka ia segera bersujud kepada Allah dan berkata, “Wahai Tuhanku, aku jadikan satu masjid (tempat sujud) untuk-Mu, yang tidak ado seorang pun menyembahmu di tempat yang serupa.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Nama Allah yang apabila diseru dengan nama itu, maka dikabulkan dan apabila dimintai dengan nama itu, maka akan diberi. Itu adalah doanya Yunus bin Mata.”
Maka Allah memerintahkan kepada ikan tersebut untuk melempar Yunus di tanah tandus, lalu Allah menumbuhkan pohon yaqthinah (sejenis labu) untuknya. Di samping itu, Allah juga menyediakan untuknya domba liar sehingga Yunus dapat memerah susunya. Doa yang senantiasa diucapkan Yunus saat berada di perut ikan adalah “La ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minazh zhalimin” (Tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang lalim).” Tidak ada seorang muslim pun yang menyeru kepada Allah dengan doa tersebut, kecuali ia pasti dikabulkan.’ [HR.Tirmidzi 3505]
Sumber: Mukhtasar Bidayah wan Nihayah – Ibnu Katsir, Diringkas oleh Syaikh Ahmad Khani, Penerbit Pustaka as Sunnah
Artikel: www.KisahIslam.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar